Selasa, 12 Maret 2013

Inflasi dan TingkatBunga


. Inflasi dan TingkatBunga
a. Dua Tingkat Bunga : Riil dan Nominal
            Anggaplah anda mendepositkan tabunngan anda dalam rekening bank, yang pasti anda memiliki 8 persen uang lebih banyak ketimpang yang dimiliki sebelumnya. Tetapi ketika harga meningkat, sehingga tiap dollaruntuk membeli lebih sedikit, maka daya beli anda tidak meningkat 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5 persen, maka jumlah barang yang hanya bisa anda beli meningkat 3 persen. Dan jika tingkat inflasi adalah 10 persen, maka daya beli anda secara nyata turun sampai 2 persen.
            Para ekonom menyebutkan tingkat bungan yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal  (nominal interst rate) dan kenaikan daya beli anda dengan tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan  tingkat inflasi, maka hubungan di antara ketiga variabel tersebut bisa di tulis
r = i –
tingkat bunga riil adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi

b. Efek Fisher
i = r +
   Persamaan di atas disebut persamaan Fisher (Fisher equation), yang diambil dari ekonom Irving Fisher (1867 – 1947). Persamaan ini menunjukkan  tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan : karena tingkat bunga nominal atau karena tingkat inflas berubah. Pada teori kuantitas uang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan uang menentukan tingkat inflasi. Persamaan fisher meminta menambahkan tingkat tigkat bunga riil dangan tingkat inflasi untuk menentukan tingkat bunga nominal. Menurut Teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut persamaan fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya akan menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat dan tingkat bunga nominal di sebut efek Fisher (Fisher effect)
Inflasi dan Tingkat Bunga Nominal, Gambar ini memplot tingkat bunga nominal (pada deposit tiga-bulan) dan tingkat inflasi (yang diukur dengan IHK) di Amerika Serikat sejak tahun 1954. Gambar ini menunjukkkan efek Fisher. Inflasi yang tinggi mengarah ke tingkat bunga nominal yang lebih tinggi.
(Sumber: Federal Reserve AS dan Departement Tenaga Kerja AS)

c. Dua Tingkat Bunga Riil: Ex Ante dan Ex Post
            Pemberi pinjaman dan peminjam menyepakati tingkat bunga nominal, mereka tidak tahu berapa tingkat inflasi  atas kesepakatan pinjaman. Karena itu, kita harus membedakan antara dua konsep tingkat bunga riil. Tingkat bunga riil yang diharpakan para peminjam dan peminjam ketika kesepakatan di buat, disebut tingkat bunga riil ex ante dan tingkat bunga riil yang terealisasi secara nyata disebut tingkat bunga riil ex post.
            Meskipun pemberi pinjaman dan peminjam tidak bisa memprediksi inflasi masa depan dengan pasti, mereka memiliki ekspektasi terhadap tingkat inflasi. Dimana  sebagai inflasi masa depanaktual dan e sebagi ekspektasi masa depan. Tingkat bunga riil berbeda ex ante adalah i - e dan tingkat bunga riil ex post adalah i –  . Dua tingkat bunga riil berbeda ketika inflasi aktual  berbeda dari inflasi yang diharpkan e

7. Hiperinflasi
       Hiperinflasi merupakan inflasi yang melebihi 50 persen per bulan, atau lebih dari 1 persen per hari. Tingkat inflasi mengarah pada kenaikan besar – besaran dalam tingkat harga. Tingkat inflasi 50 persen per bulan menunjukkan kenaikan lebih dari 100 kali lipat dalam tingkat harga selama setahun, dan kenaikan lebih dari 2 juta kali selama setahun.

a.      Biaya Hiperinflasi
             Meskipun para ekonom memperdebatkan biaya, tidak seorangpun ragu bahwa hiperinflasi akan menghancurkan masyarakatnya. para eksekutif bisnis meluangkan banyak waktu dan energi untuk menyuntik manajemen dengan uang tunai ketika uang tunai tersebut dengan cepat kehilangan nilainya. Hiperinflasi membuat perekonomian berjalan kurang efesien.
             Demikian pula, harga relatif tidak mampu mencerminkan kelangkaan yang sebenranya selama hiperinflasi, sehingga harga- harga selalu berubah-ubah dan meningkat dengan cepat bisa merubah perilaku dengan banyak cara. sistem pajak juga terdistorsi oleh hiperinflasi, tetapi dengan jalan yang agak berbeda dari apa yang terjadi dalam kondisi inflasi mpderat. Dalam sebagian besar sistem pajak pajak dibebankan dan saat pajak dibayar pada pemerintah. Selama hiperinflasi, rentang waktu yang pendek bisa mengurangi penerimaan pajak riil dari pemerintah seringkali turun secara menyolok.
             Secara berangsur-ansur, biaya hiperinflasi ini menjadi tidak dapat ditoleransi sepanjang waktu, uamg kehilangan perannya sebagai penyimpan nilai dan media penukaran

b.      Sebab-seab Hiperinflasi
             Hiperinflasi terkait dengan dengan pertumbuhan jumlah uang beredar yang melebihi. Ketika bank sentral mencetak uang, tingkat harga naik. Ketika bank sentra mencetak uang dengan cukup pesat akibatnya adalah hiperinflasi. Untuk menghentikan hiperinflasi, bank setral harus mengurangi tingkat pertumbuhan uang. Sebagian besar hiperinflasi berawal ketika penerimaan pajak pemerintah tidak cukup untuk membayar pengeluarannya. Meskipun lebih suka mendanai defesit anggaran ini dengan berutang, pemerintah tidak dapat mengutang, barang kali karena para pengutang memandang bahwa pemerintah memiliki resiko kredit yang buruk.
             Untuk menutup defesit itu, pemerintah beralih pada satu-satunyamekanisme yang berada di bawah kendalinya – mesin pencetak uang, akibatnya adalah pertumbuhan uang yang pesat dan hiperinflasi. sebagai contoh hiperinflasi dalam perang Jerman.


2 komentar: