Sabtu, 31 Desember 2011

sosiologi pertania


LAPORAN
PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN
DI DUSUN KRAJAN DESA ASRIKATON










Disusun oleh
Kelompok 2 ( Kelas F)
Fijri Dita Nuralamika           115040101111016
Linda Epariyani                    115040101111017
Faundra Rachmatrisnanto   115040101111032
Riska Dian Novianti              115040101111037
Aninda Ayu Annisa              115040101111043



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011


KATA PENGANTAR

 Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pengasih,  karena berkat kemurahan-Nya laporan  ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam laporan ini kami membahas “Sosiologi Pertanian”, yaitu sesuatu yang menjelaskan tentang permasalahan dan proses-proses yang terjadi dalam pedesaan.
       Laporan ini berisi tentang kehidupan masyarakat pertanian mulai dari aspek kebudayaan, stratifikasi sosial dalam masyarakat, kelembagaan, jaringan sosial serta perubahan sosial dan globalisasi. Serta kami sampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah sosiologi pertanian yang telah memberikan ilmu. Serta semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini.
       Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Dan semoga laporan ini bermanfaat untuk semuanya.



Malang, 16 Desember 2011











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
KATA PENGANTAR           ........................................................................ii
DAFTAR ISI              ....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN    
1.1 Latar Belakang      ....................................................................... 1
            1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
            1.3 Tujuan       ................................................................................... 2
BAB II ASPEK SOSIOLOGIS PETANI
            2.1 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Ibu Baidri...................... 3
            2.2 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Ibu Ubaidah.................. 9
            2.3 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Bapak H.Najmudin ...... 17
2.4 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Bapak Zaiman ...............22
2.5 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Ibu Kuspartini................28
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan.................................................................................. 34
LAMPIRAN






BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Defenisi Sosiologi (Raoucek dan Warren) sosiologi adalah  Ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok sosial. Dalam sosiologi pertanian dipelajari aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat pertanian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial, dan hal ini sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani dan  desa.
Dalam suatu daerah atau desa terdapat lapisan-lapisan masyarakat atau stratifikasi sosial. Pada beberapa kelompok masyarakat, stratifikasi sosial atau pelapisan masyarakat tersebut dapat diukur dari luas sawah yang dimiliki bila pada daerah tersebut mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai petani.
Usaha pertanian erat kaitannya dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui perantara atau distributor. Dibutuhkan jaringan sosial yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut. Oleh karena itu, aspek-aspek sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa.
Perubahaan sosial dan globalisasipun ikut mempengaruhi kehidupan masyarakat pertanian dan dalam pemasaran hasil pertanian. Perubahan sosial ini membantu masyarakat pertanian untuk dapat mengetahui dan membandingkan kondisi pertanian pada masa orde baru dengan masa reformasi seperti sekarang ini. Selain itu, perubahan globalisasi telah membawa dampak dalam hal perubahan kecanggian teknologi dalam bidang pertanian.



                                   
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut:
·      Bagaimana latar belakang kehidupan masyarakat pertanian?
·       Bagaimana pengetahuan petani tentang cara bercocok tanam dan penggunaan teknologi pertanian?
·       Bagaimana kedudukan (startifikasi sosial)  petani dalam masyarakat?
·       Bagaimana Hubungan masyarakat pertanian dengan jaringan sosial beserta kelembagaan yang ada di desa tersebut?
·       Bagaimana pengaruh perubahan sosial dan globalisasi bagi kondisi pertanian pada masa orde baru dan reformasi?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari laporan  ini, yaitu agar kita dapat mengetahui dan memahami tentang:
·       Kehidupan sehari-hari dari masyarakat pertanian.
·       Wawasan dan pengetahuan tentang cara bercocok tanam dan penggunaan teknologi pertanian.
·       Kedudukan (startifikasi) petani dalam masyarakat.
·       Hubungan masyarakat pertanian dengan jaringan sosial beserta kelembagaan yang ada di desa mereka.
·       Perubahan sosial  pertanian di masa orde baru hingga reformasi.










BAB II
ASPEK SOSIOLOGIS PETANI

2.1 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Ibu Baidri
Oleh (Fijri Dita Nuralamika  115040101111016)
I.          Deskripsi Identifikasi Petani
Berikut adalah identitas petani :.
Nama                                    : Ibu Baidri
Umur                                     : 43 tahun
Tingkat Pendidikan  formal : SD
Pekerjaan KK                       : Petani (Utama)
Menjadi petani sejak             :lulus SD
Jumlah anggota Keluarga     :1 orang suami  dan 2 orang anak perempuan
Luas lahan sawah                  :1000 m2
Ibu Baidri  tinggal di dusun Krajan RT 07 Desa Asrikaton yang bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga. Beliau  memiliki 2 orang anak. Beliau yang hanya lulusan SD memiliki luas lahan sebesar 1000 m2 yang berasal dari warisan orang tuanya dan tidak mempunyai tegal di daerah rumahnya. Beliau juga  juga memelihara itik ± 10 ekor.

II.      Kebudayaan Petani

11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PADI                                       PADI                                     JAGUNG


Dalam setahun Bu Baidri menanami lahannya dengan Padi dan Jagung. Pola tanam seperti ini dilakukan agar tanaman yang diperoleh mendapat hasil yang maksimal. Karena, jika penanaman dilakukan tanpa pertimbangan musim dan tanah tidak istirahat mala justru akan mengrugikan petani. Dan pada dasarnya petani juga menginginkan keuntungan yang lebih besar dibanding biaya yang telah dikeluarkan. Pengeloaan sawah beliau menggunakan tenaga sapi, pada sapi-terdapat kayu semacam garpu yang berfungsi mengelolah tanah agar tidak keras. Kemudian lahan sawah yang dipetakan untuk mempersiapkan pembenihan bibit, petakan tanah biasanya terdapat di samping sawah.
Cara mempersiapkan benih untuk persemian dilakukan setelah lahan yang telah dipetakkan diairi dengan air terlebih dahulu kemudian baru bu Baidri menanamkan benih-benih padi ke lahan tersebut. Bibit benih yang diperoleh bu Baidri didapatkan dari rekannya sesama petani. Bu Baidri membuat persemiannya disamping lahan sawahnya yang telah dipetakkan sebelumya.
Biasanya bu Baidri menggunakan benih dengan menggunakan bibit benih Cibogor 64 dengan jumlah benih yang dibutuhkan untuk lahannya yang sebesar 1000 m2 sebanyak ± 2 kg bibit benih. Kemudian bibit benih tersebut disebarkan ke lahan yang sudah dipetakkan dan diairi. Umur dari persemian itu sendiri mencapai ± 25 hari (ketika itu tanaman sudah terlihat agak tinggi).
Bu Baidri dalam menanam benih ke lahannya dilakukan sendiri dan jarak tanam antar benih tersebut sekitar 25 cm. Pupuk yang digunakan bu Baidri dalam menanam padi dan jagung ialah Urea dan ZA. Cara yang digunakan dalam pemupukan yaitu dilakukan 2 kali pemupukan. Pertama menggunakan pupuk urea pada saat padi mencapai umur 100 hari. Kedua, pupuk ZA digunakan pada saat bulir-bulir padi mulai tumbuh dan terlihat.
Bu Baidri melakukan penyiangan ketika rumput-rumput sudah terlihat tinggi karena rumput tersebut mengganggu pertumbuhan dari tanaman yang ada disekitarnya. Penyiangan yang dilakukan masih menggunakan cara manual atau dicabut dengan tanga dan alat seperti gasrok . Pengairan sawah bu Baidri  pada musim tanam biasanya diairi menggunakan air irigasi yang disalurkan menuju sawah tersebut atau dengan menggunakan air sungai yang menalir.
Hama yang sering dijumpai pada sawah milik bu Baidri ialah ulat dan tikus. Hama tersebut mengganggu dalam proses pertumbuhan dari tanaman tersebut. Biasanya beliau menggunakan pestisida (poska) untuk membasmi hama ulat sedangkan untuk hama tikus beliau biasanya menggunakan semacam jebakan tikus untuk menjebaknya hewan dan pestisida yang digunakan ialah desis.
Dalam pemanenan cara untuk mengetahui bahwa padi tersebut akan memasuki masa panen ialah dengan melihat daunnya yang berwarna kekuning-kuningan dan bulir padi semakin berisi. Kemudian tinggal dipanen padinya. Setelah dipanen, padi dirontokkan dengan cara digebyok-gebyok dengan menggunakan tangan atau kadangkalah menggunakan alat perontok padi. Pada saat panen pun bu Baidri memakai sabit untuk memanen padi tersebut.
Setelah dirontokkan kemudian padi dijemur sampai kering. Lama masa penjemuran biasanya mencapai 2 hari tergantung dari teriknya matahari. Apabila cuaca mendung atau sedang hujan maka lama penjemuran bisa mencapai berhari-hari sampai padi benar-benar kering. Karena kalau padi tidak kering maka beras yang dihasilkan akan menjadi hitam apabila dimasukkan ke dalam karung. Hasil panen disimpan dahulu setelah itu beliau giling untuk memisahkan biji beras dengan sekam. Penyimpanan dilakukan pada saat padi kering lalu dimasukkan ke dalam karung. Kemudian sebagian kecil padi tersebutu digiling oleh bu Baidri untuk dikonsumsi sendiri.
Beliau memperoleh pengetahuan tentang bercocok tanam dari orang tua dengan cara melihat lalu mempraktikkannya. Itulah cara bu Baidri dalam memperoleh pengetahuannya tentang tata cara menanam yang baik dan benar. Dari dulu cara budidaya yang digunakan pada lahan sawah milik bu Baidri tidak berubah. Sebab kebanyakan tanah yang berada di daerah Asrikaton merupakan tipe lahan basah yang memungkinkan padi dan jagung tumbuh dengan subur.

III.   Stratifikasi Sosial
Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh bu Baidri dari awal beliau  berkeluarga sampai sekarang tidak mengalami perubahan. Status rumah yang sekarang ditempati oleh bu Baidri ialah milik sendiri dengan luas bangunan mencapai 100 m2. Jenis lantai yang digunakan pada rumah tersebut ialah plester atau semen. Dinding yang membatasi rumah tersebut dengan rumah yang lain berupa setengah tembok dan atap yang melindunginya berupa genteng biasa. Bu Baidri juga mempunyai sebuah sepeda ontel yang digunakan untuk pergi ke sawah. Didalam rumah tersebut terdapat juga TV 14 inci serta HP yang dipakai beliau untuk berkomunikasi.

IV.   Kelembagaan
Menurut penuturan bu Baidri, di desa Asrikaton tepatnya dusun Krajan terdapat kelompok tani. Beliau lupa nama dari ketua kelompok tani tersebut. Karena saat ini bu Baidri tidak lagi aktif  menjadi anggota kelompok tani. Dulu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok tani tersebut yaitu menyediakan pupuk untuk masa penanaman dan sering mengadakan rapat untuk mengadakan system pengairan ke sawah-sawah petani. Dulunya bu Baidri sangat aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan kelompok tani tersebut. Namun saat ini beliau tidak aktif karena kondisi kesehatan beliau yang terus menurun yang membuat beliau sering sakit-sakitan dan harus banyak beristirahat. Menurut bu Baidri manfaat yang diperolehnya ketika beliau masih aktif menjadi anggota kelompok tani tersebut yaitu mudah mendapatkan pupuk tanpa harus susah payah mencari pupuk. Selain itu saat musim kemarau bu Baidri merasa lebih mudah dalam mendapatkan air untuk mengairi sawahnya.
Di desa ini juga terdapat HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air). Dimana bu Baidri dulu pernah menjadi anggota HIPPA namun sudah tidak aktif lagi. Karena dulu untuk mengairi sawahnya bu Baidri harus membayar uang sehingga saat ini beliau beralih mengairi lahan sawahnya sendiri dengan air yang berasal dari sungai.
Dalam menjalankan usaha taninya beliau tidak membutuhkan modal dari luar tetapi menggunakan modal sendiri. Dimana modal tersebut diperoleh dari penjualan hasil panennya. Dalam mengelola kegiatan usahataninya bu Baidri tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Karena bu Baidri tidak mempunyai cukup uang untuk membayar tenaga kerja sehingga beliau mengelola sawahnya sendiri.
Untuk memperlancar usahataninya, bu Baidri membutuhkan sarana produksi usahatani seperti benih, pupuk dan pestisida. Adapun benih didapat dari hasil panen sebelumnya. Sedangkan untuk pupuk kimia dan pestisida, bu Baidri membelinya secara tunai. Dalam hal ini bu Baidri tidak menggunakan pupuk organik dikarenakan perkembangan padinya akan semakin lama, tidak seperti menggunakan pupuk kimia. Sebagian kecil hasil panennya dijual oleh bu Baidiri dan sisanya dikonsumsi sendiri.  Hasil panen terkadang dijual dalam bentuk gabah kepada pedagang atau dijual dalam bentuk beras kepada pedagang beras.

V.      Jaringan Sosial
Di daerah tersebut terdapat PPL namun Bu Baidri jarang sekali bertemu dengan PPL tersebut akibat dari kondisi kesehatan yang tidak stabil. Karena jarang bertemu maka Bu Baidri tidak tahu bagaimana kinerja PPL tersebut. Hal tersebut sama seperti BPTP. Beliau belum mengetahui betul bahwa terdapat BPTP.Oleh karena itu beliau belum pernah sama sekali kesana. Bu Baidri menjalin kerjasama dengan kios sarana produksi yang terdapat di daerah tersebut. Dikarena beliau membeli kebutuhan pertanian seperti benih, pupuk di KUD setempat.
Dalam hal pemasaran hasil panen kelompok tani yang ada didaerah tersebut biasanya menjual kepada para pedagang atau juragan beras. Namun keuntungan dari penjualan tersebut kadang tidak sesuai dengan apa yang sudah dilakukan oleh petani atau bisa disebut petani tersebut merugi. Kalau urusan modal bu Badri menggunakan modal sendiri sehingga beliau tidak terlibat kerjasama dengan bank manapun yang biasanya meminjamkan modal untuk para petani.

VI.   Perubahan Sosial dan Globalisasi
Menurut Bu Baidri kondisi pertanian pada masa orde baru sampai masa reformasi mengalami kemunduran. Karena pada masa orde baru kebutuhan pertanian seperti benih, pupuk, alat untuk mengolah tanah, dan lain-lain semuanya terjamin dan tidak akan ada kekurangan (tersedia di KUD). Beda pada masa reformasi seperti sekarang ini yang semuanya serba beli kemudian barangnya belum tentu ada, serta harganya yang mahal. Harga hasil pertanian dimasa orde baru dengan masa reformasi sangatlah berbeda. Menurut bu Baidri pada masa orde baru harga yang terjadi dipasaran cenderung seimbang dan stabil dibandingkan dengan harga pada masa reformasi. Ini terbukti dangan sering naiknya harga beras dipasar yang membuat petani geram karena harga yang ditawarkan kepada petani tidak sebanding denagan harga yang ada dipasar. Apabila menanggapi masalah penggalakkan pemerintah tentang penggunaan pupuk organik pengganti pupuk kimia bu Baidri bersedia menggunakannya apabila subsidi pupuk tersebut rata dan bisa sampai kepada petani dan harganya tidak memmberatkan para petani.
Lahan sawah milik bu Baidri selama ini tidak mengalami kemunduran dalam hal tingkat kesuburannya karena setelah panen selesai perawatan tanah setelahnya sangat penting demi menjaga tingkat kesuburan tanah tersebut dan pertumbuhan padi bisa maksimal. Dalam kegiatan usahatani diperlukan kebutuhan usahatani untuk mendukung proses produksi seperti benih, pupuk, alat untuk mengolah tanah, obat-obatan dan pestisida. Kebutuhan rumah tangga yang dibutuhkan oleh keluarga bu Baidri seperti sepeda , TV, sofa, kompor, dll. Barang-barang tersebut digunakan dalam kehidupan rumah tangga bu Baidri.

VII.Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang dilakukukan di Desa Asrikaton dapat  disimpulkan bahwa Bu Baidri telah menjadi petani sejak lulus dari SD begitu pula dengan suaminya yang bekerja sebagai petani. Lahan sawah beliau didapat dari warisan orang tuanya. Beliau mengelolah sendiri lahan sawahnya serta dalam mengelolaha usahtaninya beliau menggunakan modal sendiri dan membajak sawahnya dengan tenaga sapi dan hasil panennya beliau komsumsi sendiri dan terkadang beliau jual kepada kios/kepada pedagang yang datang dalam bentuk gabah padi. Dalam mengelolah padinya beliau menggunakan pupuk kimia yakni pupuk Urea dan ZA, serta pestisida dalam mengatasi hama seperti posta dan desis. dalam mengairi sawahnya beliau menggunakan air yang berasal dari sungai/kali yang mengalir. Beliau dulu tergabung dalam himpunan petani pemakai air dimana sawahnya dialiri dengan menggunkan air irigasi,dan beliau dulu pernah bergabung dalam gabungan kelompok tani di desa setempat tapi sekarang beliau sudah tidak bergabung dalam gapoktan.

2.2    Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Bu Ubaidah
Oleh (Linda Epariyani  115040101111017)
I.          Deskripsi Identifikasi Petani
Berikut adalah identitas petani :.
Nama                                    :  Ibu Ubaidah
Umur                                     :  50 tahun
Tingkat Pendidikan  formal :  SD
Pekerjaan KK                       :  Petani (Utama)
Menjadi petani sejak             :  lulus SD
Jumlah anggota Keluarga         : 1 orang suami dan 4 orang anak laki-    laki
Luas lahan sawah                  : 2000 m2
Pada penelitian tangga 10 Desember 2011 yang kelompok kami lakukan yaitu menyurvai ke dusun Krajan desa asrikaton. Metode yang kami lakukan yaitu dengan berinteraksi langsung dengan para petani, salah satunya yaitu Bu Ubaidah yang berumur 50 tahun.  Pendidikan terakhir dari Bu Ubaidah yaitu SD (sekolah dasar). Keluarga tersebut memiliki pekerjaan utama sebagai petani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Selain mengolah sawah sendiri keluarga ini juga mengolah sawah orang lain (buruh tani). Bu Ubaidah memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 6 orang yaitu empat orang laki-laki dan satu orang suami. Sawah yang di garap oleh keluarga tersebut adalah sawah memiliki sendiri dengan luas sekitar 2000m2, yang didapat dari warisan orang tua (turun temurun).  Lahan yang dimiliki keluarga Bu Ubaidah adalah lahan persawahan. Guna memenuhi kebutuhan lainnya Bu Ubaidah memelihara beberapa hewan ternak, diantaranya kambing dangan jumlah 5 ekor dan juga ayam yang berjumlah 10 ekor. Menurut pengakuan dari Bu ubaidah beliau memelihara hewan tersebut karena hewan-hewan tersebut dapat dijual kapanpun. 
II.      Kebudayaan Petani

11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PADI                                       PADI                                     JAGUNG


Dalam satu tahun keluarga Bu Ubaidah menanami lahannya dengan jagung dan padi. Pada musim kemarau lahannya ditanami jagung dan pada musim penghujan ditanami padi. Berdasarkan musim itulah keluarga Bu Ubaidah menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam (terkadang jagung terkadang padi). Pola tanam seperti ini dilakukan agar tanaman yang diperoleh mendapat hasil yang maksimal. Karena, jika penanaman dilakukan tanpa pertimbangan musim itu justru akan mengrugikan petani. Dan pada dasarnya petani juga menginginkan keuntungan yang lebih besar dibanding biaya yang telah dikeluarkan.
Dari wawancara yang kami lakukan ibu Ubaidah mengatakan ” Ketika saya menentukan akan menanam padi maka terlebih dahulu saya menentukan  jenis benih yang akan saya tanam. Benih padi yang saya gunakan yaitu Cibogor 64. Untuk luas sawah 2000m2 saya membutuhkan benih padi sebanyak 20kg. Terlebih dahulu benih yang akan saya tanam direndam selama 2 hari 2 malam. Namun, sebelum 2 hari saya persiapkan sebagian tanah yang akan saya jadikan tempat persemian (digemburkan). Setelah benih telah saya rendam selama 2 hari kita angkat benih-benih tersebut kemudian saya taburkan ke sebagian lahan yang telah saya siapkan.  Pada persemian biasanya saya tutup dengan menggunakan daun pisang agar benih-benih yang  baru saya tanam tidak mengering. persemian memerlukan waktu selama 25-30 hari dan diperlukan pemupukan sebanyak 2 kali. Jangan sampai lebih dari 2 kali karena itu akan merusak  persemian. Setelah persemian berusia 25-30 hari padi itu siap untuk di tanam ke seluruh petak sawah. Namun, sebelum kita menanam padi kecil tersebut terlebih dahulu saya mengairi lahan agar lahan menjadi gembur dan mudah dibajak. Pembajakan lahan saya lakukan dengan menggunakan alat (traktor), namun jika tidak ada biaya saya menggunakan bajak sapi sebagai pengganti. Biasanya biaya dari bajak sapi di hitung perhari ( Rp.50,000 perhari), tetapi untuk pembajakan alat biayanya sedikit mahal karena penghitungannya perjam.  Penanaman padi kecil dilakukan ketika padi kecil tersebut berumur antara 25-30 hari. Untuk penanamannya saya  meng gunakan ukuran yang terbuat dari tali yang masing-masing ujungnya saya kasih kayu sebagai patokan, kemudian  patokan tersebut ditancapkan ke bagian tepi sawah. Jika ukuran tersebut telah lurus baru saya tanami padi kecil. Kemudian gunakan padi kecil yang telah ditanam sebagai patokan untuk menanam padi lainnya. Patokan tersebut saya gunakan agar padi yang ditanam lurus sehingga memudahkan pemanenan pada saat panen. Untuk jumlah padi perlubang itu tidak saya tentukan, namun cukup dikira-kira banyaknya.
Dalam pengairan sawah pada saat menanam padi saya sering menggunakan pengairan dari tadah hujan atau air sungai (jika hujan tidak turun sedangkan sawah telah kekurangan air).  Pemupukan saya lakukan dengan memakai pupuk Urea dan ZA. Setiap kali penanaman padi saya pupuk sebanyak 2 kali. Namun, jika banyak hama yang menyerang saya pupuk lebih dari dua kali. Pada luas lahan 1 ha maka pemupukannya diperlukan sekitar 1 kuintal pupuk. Penyiangan saya lakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan tangan. Untuk mempermudah air yang ada harus banyak. Selama ini hama yang sering menyerang pada tanaman padi saya yaitu wereng, walang sangit, dan ulat. Ketika ada hama yang menyerang tanaman padi saya obati dengan menggunakan obat merek  Tiodan. Namun jika rumput ada rumput saya kasih obat rumput. Tidak ada cara lain untuk mengendalikan hama kecuali dengan menggunakan pestisida. Dan saat ini pestisida memang terkenal mampu mengendalikan hama bahkan mematikan hama. Dalam satu tangki cukup dengan satu tutup botol dari obat tersebut.  Pada saat padi mulai panen warna buih akan menguning dan biji telah berisi atau kurang lebih berumur 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit  yaitu dengan cara di babat dari atas permukaan tanah. Setelah proses pembabatan selesai baru di lakukan pemisahan antara biji padi dan batang padi. Saya memilih menggunakan tangan yaitu dengan cara digebyok-gebyokan di bandingkan dengan menggunakan alat. Selain lebih cepat juga biaya yang di perlukan juga lebih murah serta penggunaan alat lebih sulit. Kemudian semua padi yang telah selesai digebyok di sapu agar biji padi bersih dari kotoran batang padi. Padi yang telah bersih siap untuk dijemur hingga kering. Biasanya tahap penjemuran membutuhkan waktu sekitar  3 kali penjemuran. Padi yang telah kering saya simpan untuk makan sehari-hari”.
Menurut wawancara kami Bu Ubaidah memperoleh pengetahuan bercocok tanam dari Orang tuanya, tetangganya, dan juga orang lain. Bu Ubaidah memperoleh pengetahuan bercocok tanam dari orang tua dengan cara pada saat beliau masih kecil, beliau sering ikut orang tuanya ke sawah. Kemudian mencoba menirunya. Berawal dari hal kecil itulah Bu Ubaidah akhirnya menjadi seorang petani hingga sekarang. Sedangkan yang dari oranng lain dan tetangganya yaitu karena Bu Ubaidah sering membantu mereka dalam bertani seperti menanam padi, menyiangi padi, dan menanam jagung. Sistem tolong menolong masih sangat erat di lingkungan para petani. Selama Bu Ubaidah menjadi petani, beliau tidak pernah mengubah pola penanamannya. Hal itu di karenakan pengetahuan bercocok tanam sudah seperti itu sejak dulu, sehingga jika hal itu di rubah maka akan membutuhkan waktu untuk memikirkan pengolahan lahan,pemupukan dan juga pemanenan.

III.   Startifikasi Sosial
Menurut penuturan dari Bu Ubaidah luas lahannya tidak pernah berubah sejak dulu, baik berkurang maupun bertambah. Tidak bertambahnya luas lahannya di karenakan Bu Ubaidah tidak memiliki uang untuk membeli sawah dan juga tidak berkurang dikarenakan beliau sangat menyayangkan jika sawahnya diual. Rumah yang kini ditempati oleh Bu Ubaidah merupakan rumahnya sendiri yng didapat dari orangtua. Luas bangunan rumah Bu Ubaidah yaitu 6m X 15m. Tidak seperti masyarakat pertanian dan pedesaan pada umumnya sebab lantainya sudah tegel, dinding tembok dan juga sudah bergenteng biasa. Barang yang dimilki oleh Bu Ubaidah yaitu  alat transportasi yang berupa  sepeda motor, dan alat elektronik (seperti TV /14 inc dan Handphone).
Meskipun keluarga dari Bu Ubaidah hanyalah rakyat biasa namun kehidupannya dapat dikatakan tercukupi (tidak seperti masyarakat petani dalam masyarakat pedesaan pada umumnya). Menurutnya menjadi seorang petani adalah hal yang menyenangkan. Dengan hasil dari brtani dapat memberinya makan dan tetap hidup hingga saat ini, walaupun terkadang Bu Ubaidah mengeluh dengan keadan ekonominya yang sering pas-pasan. Namun, hal itu dianggap cobaan dari Yang Maha Kuasa.

IV.   Kelembagaan
Hasil wawancara dari salah satu warga desa Asrikaton yaitu Bu Ubaidah di desanya memang  ada gabungan kelompok tani  (Gapoktan). Namun beliau tidak mengetahui siapa nama ketua kelompok gapoktan, karena beliau sendiri tidak pernah mengikuti dan tidak menjadi anggota dari gapoktan tersebut. Di tempat Bu Ubaidah tidak ada Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), sehingga beliau tidak menjadi anggota dari HIPPA.  Menurutnya orang yang bergabung dalam Gapoktan dan juga HIPPA hanyalah orang-orang yang memiliki luas lahan berhektar-hektar. Sedangkan luas lahan Bu Ubaidah hanya sedikit, jika mengikuti Gapoktan dan HIPPA itu akan lebih banyak menyita waktunya.
Keluarga Bu Ubaidah hanya bekerja sebagai petani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya itu tentu saja memerlukan modal yang tidak hanya dari suaminya saja. Namun juga membutuhkan modal dari luar. “waktu itu saya tidak memiliki uang, tetapi pada saat itu musim penghujan, sehingga saya harus cepat-cepat menanam padi pada lahan saya. Untuk itu saya terpaksa meminjam uang kepada tetangga saya. Biasanya uang yang saya pinjam saya kembalikan satu bulan kemudian atau langsung saya kembalikan pada saat saya sudah memilki sejumlah uang dan cukup untuk membayar hutang saya. Saya lebih suka meminjam uang kepada tetangga saya daripada ke Bank, karena kalau ditetangga itu tidak memakai bunga”, tutur Bu Ubaidah. lontar Bu Ubaidah. “Luas lahan persawahan saya memang terbilang kecil dibandingkan dengan luas lahan petani-petani lain. Tetapi terkadang saya membutuhkan bantuan orang lain dalam menanam padi. Jika saya memiliki uang saya gunakan untuk menewa tenaga orang lain untuk membantu saya menanam padi, namun jika tidak memilki sejumlah uang saya tanam sendiri. Biasanya dalam satu kali tanam padi biya yang dikeluarkan sekitar Rp.15000 per orang (untuk penanaman padi). Untuk matun (mencabut rumput) Rp.15000 per orang. Sedangkan untuk pembajakan sawah di perlukan biaya sekitar Rp.50000 per hari (bajak sapi)”, Benih seperti benih padi didapatkan Bu Ubaidah dari pembellian ke daerah lain. Terkadang juga memakai benih hasil panen tahun lalu. Pupuk Urea dan ZA didapatkan pula dari pembelian ke daerah lain. Dan juga obat yang dipakai untuk pembasmian hama juga membeli di daerah lain. Semua pembelian tersebut di bayar kontan.  Semua hasil dari panen Bu Ubaidah dimakan sendiri, hanya kalau kepepet saja di jual. Biasanya gabah itu dijual  ke took-toko yang menerima gabah atau ke tempat penggilingan gabah. Tetapi untuk penjualan di tempat gabah yang pertama dilakukan adalah menggiling gabah, jika sudah menjadi beras baru dijual. Harga antara toko dengan tempat penggilingan berbeda, lebih mahal ditempat penggilingan.

V.      Jaringan Sosial
Bu Ubaidah tidak pernah mengetahui adanya Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Menurutnya lahan-lahan yang di kunjungi oleh PPL hanya petani-petani yang memiliki lahan dengan jumlah yang luas (berhektar-hektar). Dari wawancara kami Bu Ubaidah mengatakan bahwa beliau tidak mengetahui apa itu Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Sebagian besar dari petani desa tersebut tidak mengetahui adanya petugas-petugas seperti itu, khususnya petani-petani yang memiliki lahan terbatas. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak mengikuti perkumpulan kelompok tani atau yang sering disebut Gapoktan dikarenakan lahan yang mereka miliki hanya sedikit dan tidak memilki uang untuk mengikutinya.
Terbatasnya lahan mengakibatkan kurangnya pengetahuan para petani-petani, khususnya pengetahuan petani terhadap petugas-petugas atau lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pertanian. Padahal, secara tidak langsung lembaga-lembaga tersebut akan dapat membantu masalah-masalah yang timbul didalam pertanian. Keluarga Bu Ubaidah sama sekali tidak pernah di datangi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sebenarnya lembaga-lembaga tersebut sangat membantu para petani dalam menghadapi berbagai masalah-masalah yang timbul seperti masalah hama yang saat ini sedang melanda pertanian. Bukan hanya masalah hama saja, tetapi juga masalah teknologi yang membantu usahatani mereka.
Para petani sering kali mengadakan hubungan kerjasama dengan toko sarana produksi pertanian, seperti benih (padi,jagung, sayur-sayuran,dll), pupuk (Urea, ZA, Ponska, dll), dan juga petani bekerjasama dalam hal perdagangan.  Bu  Ubaidah juga bekerjasama dengan took-toko penjual benih dan pupuk. Dalam pembelian keluarga tersebut tidak pernah mengkredit (utang). Hal ini karena mereka menyadari bahwasanya luas lahanya tidak seberapa, sehingga tidak membutuhkan uang terlalau banyak.  Sampai saat ini keluarga Ibu Ubaidah tidak pernah meminjam ke Bank manapun.

VI.   Perubahan Sosial Dan Globalisasi
Dalam kehidupan sosial pertanian tentu saja ada perubahan, baik dalam tatanan maupun pengelolaan. Di saat sekarang pertanian bisa dikatakan lebih maju dibanding dengan pertanian jaman dulu (masa Presiden Pak Harto. Dikatakan lebih maju karena, pertanian sekarang dalam pengelolaannya menggunakan alat-alat canggih. Jauh berbeda dengan pertanian jaman dulu yang serba tradisional. Namun sepertinya perubahan itu hanya dapat dirasakan oleh petani kaya (orang yang mampunyai sejumlah uang untuk membeli alat-alat pertanian seperti traktor, penggiling gabah, dll).
Pendapat dari Bu Ubaidah mengenai perubahan sosial dan globalisasi itu tidak dirasakannya karena buatnya pertanian yang dulu dengan pertanian yang sekarang sama saja, baik tatanan maupun pengelolaan. Hanya harganya yang berbeda setiap tahunnya. Pertanian di Indonesia tidak mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan tersebut disebabkan adanya Ilmuwan yang menemukan alat-alat teknologi baru dalam pertanian. Selain alat teknologi, sekarang juga banyak di temukan obat-obat baru untuk  membasmi hama dan juga pupuk yang digunakan lebih beragam. Dengan demikian petani sekarang lebih dimanjakan oleh pestisida untuk membasmi hama dan pupuk kimia untuk pertumbuhan tanaman. Jauh berbeda dengan pertanian dulu ysng semuanya serba tradisiional.  Namun untuk harga dari hasil panen antara yang dulu dengan yang sekarang lebih mahal sekarang. Hal ini disebabkan harga pupuk yang mungkin relatif mahal serta beragam jenisnya.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan hasik panen yaitu dengan cara menggalakkan pupuk organik. Namun sepertinya usaha tersebut kurang menarik bagi masyarakat. Buktinya sampai saat ini masyarakat  masih menggunakan pupuk kimia dalam  tanaman mereka. Dan pupuk organik yang diberikan pemerintah tergolong masih standar untuk pertumbuhan tanaman, tidak seperti pupuk kimia yang pertumbuhan tanamannya relatif cepat. Walaupun pupuk dari pemerintah tidak sebagus pupuk kimia, namun Bu Ubaidah tetap setuju dengan rencana pemerintah tersebut. Menurutnya, usaha peerintah untuk menggalakkan pupuk organik (pupuk kompos, pupuk kandang) dapat meningkatkan kesuburan tanaman dan kesuburan tanah asalakan pemerintah menangani hal tersebut secara maksimal. Jika pupuk organic digalakkan dengan maksimal, maka petani juga tidak terlallu  mengeluarkan modal banyak.
Selama bertahun-tahun bertani dan mengolah lahan yang sama tentu saja kesuburan suatu tanha akan berkurang. Bisa dikatakan kurang subur yaitu ditandai dengan tanah akan keras dan tanaman yang ditanam tidak tumbuh subur serta tanah yang kekurangan air akan berlubang-lubang (nelo). Upaya yang dapat di lakukan oleh Bu Ubaidah mengenai penurunan  kesuburan tanahnya yaitu dengan tidak menanami apapun selama satu tahun. Hal ini dimaksudkan agar tanah bisa beristirahat dan menyusun kembali unsur-unsur yang ada didalam tanah. Pada saat tanah masih dalam peristirahatannya Bu Ubaidah sesekali memupuknya dengan pupuk kandang.
Dalam usahatani Bu Ubaidah memerlukan kebutuhan-kebutuhan untuk bertani seperti benih yang ingin ditanam, pupuk kimia, obat pembunuh hama dan juga alat yang dibutuhkan (sewa). Masih banyak kebutuhan lainnya yang diperlukan oleh keluarga Bu Ubaidah. Selain kebutuhan bertani ada juga kebutuhan rumah tangga yang juga di dapatkan dari luar, misalnya perabot rumah tangga, sayuran, daging, televisi, setrika, magicom, dll.

VII.Kesimpulan
Dalam usahatani banyak hal yang dibutuhkan, mulai dari modal hingga alat teknologi untuk mengolah lahan. Tak jarang modal pinjaman pun dilakukan oleh petanni guna menanam padi pada saat musim penghujan atau untuk memenuhi kebuutuhan sehari-hari. Namun modal yang didapat tidak dari Bank melainkan dari tetangganya sendiri. Selain modal  juga diperlukan tenaga orang lain untuk mengolah lahannya. Tenagan tersebut biasanya di beri uapah baik perhari maupun perjam.
Pertanian sudah ada sejak dulu, seiring berjalannya waktu tentu saja pertanian mengalami perubahan, baik tatanan maupun pengelolaan. Tatanan yang dulunya hanya sekedar menanam sekarang penanamannya sudah ada aturan. Pengelolaan yang dulunya menggunakan bajak sapi sekarang sudah menggunakan alat (traktor).
                         
2.3    Diskripsi Keluarga dan Usahatani Bapak H.Najmudin
Oleh (Faundra Rachmatrisnanto   115040101111032)
I.          Deskripsi Identifikasi Petani         
               Berikut adalah identitas petani :.
Nama                                    :  Bapak H. Najmudin
Umur                                     :  67 tahun
Tingkat Pendidikan  formal :  SMA Aliyah
Pekerjaan KK                       :  Petani (Utama)
Menjadi petani sejak             : Tahun 1970
Jumlah anggota Keluarga     : 1 orang istri dan 3 orang anak perempuan.
Luas lahan sawah                   : sawah basah 6000 m2 dan lahan sawah kering 4500 m2 ( milik sendiri)
Di desa Asrikaton Dusun Krajan RT  02, sebuah keluarga dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai petani yang bernama Bapak H. Najmudin. Beliau berumur  67 tahun, beliau mempunyai seorang istri dan 3 orang anak. Pendidikan terakhir beliau SMA Aliyah, beliau mulai belajar bertani sejak kecil ( hanya sekedar ikut orang tua saja) kemudian beliau mulai menjadi seorang petani setelah lulus SMA aliyah.
Sawah yang dimiliki beliau saat ini berasal dari pemberian orang tuanya. Dalam setahun beliau menanam padi dan jagung. Pada lahan sawah basah sebesar 6000 m2  yang beliau sewakan kepada orang lain. Sedangkan lahan sawah kering yang berada di belakang rumahnya sebesar 4500 m2 beliau kelolah sendiri dengan cara tanaman tumpang sari yakni tebu dan kakao. Hasil panennya beliau  jual dan sebagian di komsusmsi sendiri ( beliau bagikan kepada keluarganya).

II.      Kebudayaan Petani

11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PADI                                       PADI                                     JAGUNG


Dalam setahun bapak H.Najmudin menanami lahan sawahnya dengan padi dan jagung, pola tanam ini dilakukan menurut pola musim jika tidak maka padi dan jagung akan mengalami kerugian.
Pada saat ditanami padi, lahan sawah beliau dibajak dengan menggunakan traktor, sebelum penanaman terlebih dahulu benih disiapkan. Dengan luas lahan sawah 6000m2 benih padi (gabah) yang digunakan 40kg. Benih untuk persemian ditanam pada petakan sawah yang sudah disiapkan khusus untuk pembenihan, umur pembenihan sekitar 25 hari. Sebelum benih-benih padi ditanam dilahan, pengarapan sawah dengan menggunakan traktor dan pemberian pupuk. Setelah itu tanah dialiri dengan air agar tanah menjadi gembul dan subur. Jarak tanam antara padi yang satu dengan padi yang lain sekitar 26cm. Biasanya varietas untuk persemian menggunakan varietas unggul. Jumlah bibit padi pada setiap lubang yakni 2-3 bibit padi. Pemukuan biasanya dilakukan 2 kali , yakni pada saat padi berumur 30 hari pupuk yang diberikan adalah Urea dan pada saat menjelang padi hampir mengeluarkan biji pupuk yang diberikan adalah ZA. Penyiangan dilakukan dengan menngunakan gasrok kemudian lahan sawah padi daliri dengan air.
Hama yang sering dijumpai yakni tikus dan ulat, pengendaliannya menggunakan pospit obat desis,  obat desis dengan takaran sebanyak 1 sampai 2 kali penyemprotan..Padi biasanya mulai dipanen pada saat warna daun suadah mulai menguning dan padi merunduk. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit  kemudian dirontokkan dengan menggunakan tresher. Hasil panen yang didapat ± 3 ton. Padi kemudian di jemur selama 2-3 hari tergantung cuaca. Hasil panen yang didapat beliau jual dan sebagian dikomsumsi (dibagikan kepada keluarga). Pengetahuan cara bercocok tanam di dapat dari orang tua. Selama 5 tahun  yang lalu cara budidaya padi dan jagung pernah berubah yakni menanam ketela setelah penanaman jagung dilakukan. hal ini dilakukan karena keuntungan penanaman ketela cukup menjanjikan.

III.   Startifikasi Sosial
Luas lahan yang dimiliki oleh beliau tidak berubah (tetap) dari dulu hingga sekarang. Kondisi rumah yang beliau tinggali hanya bersama istrinya, 3 orang anaknya sudah tinggal dirumah yang ia miliki. Dilihat dari satusnya beliau sudah berkecukupan,status rumah yang beliau tempati milik sendiri dengan ukuran rumah 8 m x 15 m,  lantai rumah menggunakan tegel/keramik dan dinding rumah tembok serta atapnya yakni genteng. Dirumah beliau teredapat TV dengan ukuran 21 inc, sepeda motor dan Alat komunikasi yang dimiliki adalah HP. Kedudukan beliau dalam masyarakat  sebagai tokoh agama.



IV.   Kelembagaan
Di desa Asrikaton tedapat kelompok tani  yang diketui oleh H.abdul latif. Salah satunya beliau yang menjadi anggota kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan kelompok tani yaitu membahas masalah pertanian di desa tersebut sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan musyawarah bersama. Misalnya masalah dalam mendapatkan pupuk, karena sekarang ini susah sekali untuk mendapatkan pupuk tidak seperti zaman dulu. Manfaat yang dirasakan oleh beliau salah satunya yaitu menambah kemajuan khususnya dalam hal penanganan pertanian yang baik serta menambah pengalaman.
Di desa Asrikaton terdapat pula Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang diketuai oleh Bapak Bibit. Kegiatan yang dilakukan membahas tentang irigasi pengairan menuju ke sawah-sawah penduduk petani. Dalam menjalankan usahatani beliau menggunakan modal sendiri. Selama menjalankan usahatani  dalam penggarapan lahan sawah menggunakan tenaga dari luar,yakni dengan upah/hari Rp.50.000. Cara untuk mendapatkan benih,pupuk biasanya dilakukan dengan membeli kontan pada kelompok tani.hasil panenn di jualya 50% dalam bentuk gabah kepada pedagang yang datang.

V.      Jaringan Sosial
Hubungan Bapak H.Najmudin dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di desa Asrikaton yakni konsultasi dan diskusi tetapi  jarang bahkan sudah tidak pernah lagi sekarang. Begitu pula dengan adanya BPTP beliau tidak bergabung sebab beliau tidak mengetahui dengan adanya BPTP yang terdapat di Karang Ploso. Dalam pemasaran hasil pertanian kelompok tani melakukan pemantauan terhadap harga produksi tiap tahunnya dan kualitas serta mutu hasil produksinya juga dipantau.
Sedangkan hasil pertanian yang di dapatkan, beliau berkerjasama dengan kios sarana produksi yang terdapat di KUD di desa tersebut. Hal ini karena beliau membeli kebutuhan pertanian seperti benih, pupuk di KUD setempat. Selama beliau mengelolah usahataninya beliau tidak pernah berhubungan dengan bank namun beliau menggunakan modal sendiri yang didapat dari keuntungan hasil pertanian sebelumnya.

VI.   Perubahan Sosial dan Globalisasi
Menurut pengamatan dan pengalaman beliau kondisi pertanian di desa tersebut mengalami penurunan dalam segi kondisi  ekonomi misalnya harga pupuk yang terdapat di satu toko dengan toko yang lain harganya sangat jauh berbeda dan sulit sekali mendapatkan pupuk dibanding kondisi pertanian di masa  orde baru, pupuk dimana-mana tersedia dan harganya sama. Serta beberapa tahun terakhir kondisi cuaca yang tidak menentu.di era reformasi  sekarang ini harga-harga hasil pertanian tidak stabil dan harga-harga kebutuhan sangat mahal. Faktor lain yang menyebabkan kemunduran  dibidang pertanian yakni masuknya barang-barang pertanian dari luar negeri. Harga sarana produksi di masa orde baru lebih murah di bandingkan masa reformasi seperti sekarang.
Jika sekarang pemerintah menggalakkan penggunaan pupuk organik dari pada pupuk kimia tanggapan beliau setuju karena pupuk organik lebih aman bagi unsur tanah dan pengaruhnya terhadap tanaman itu pun sendiri aman, tidak menyebabkan efek samping yang buruk terhadap hasil pertanian. Biasanya upaya yang dilakukan untuk mencegah kemumduran tingkat tanah sawah dengan cara melakukan peristirahatan lahan sawah (beberapa bulan tidak ditanam) kemudian pemberian pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang terhadap tanah.

VII. Kesimpulan
Dari hasil wawancara di desa Asrikaton dusun Krajan dapat di simpulkan bahwa bapak H.Najmudin sudah mulai bertani sejak lulus SMA Aliyah hingga sekarang yang kemudian lahan sawah basahnya  di sewakan kepada orang lain, sedangkan lahan sawah keringnya beliau kembangkan sendiri. Lahan sawah beliau dapatkan dari warisan orang tuanya, hingga sekarang luas sawahnya tetap (tidak bertambah dan tidak berkurang) pada lahan sawah basah ditanami padi,jagung, kadang-kadang ketela. sedangkan lahan sawah keringnya beliau tanami tanaman tumpang sari yakni tebu dan kakao. Di desa Asrikaton terdapat pula gabungan kelompok tani dan Himpunan Petani Pemakai Air. Lahan sawah beliau di garap dengan menggunakan traktor dan memberi upah kepada para pekerjanya.

2.4    Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Bapak Zaiman
Oleh (Riska Dian N. 115040101111037 )
I.          Deskripsi Identifikasi Petani
Berikut adalah identitas petani :.
Nama                                    : Bapak Zaiman
Umur                                     : 56 tahun
Tingkat Pendidikan  formal : SD
Pekerjaan KK                       : Petani (Utama)
Menjadi petani sejak             :Tahun 1980
Jumlah anggota Keluarga : 1 orang istri dan 1 orang anak perempuan
Luas lahan sawah basah 7000 m2 ( Sistem bagi maro)
       Salah satu rumah petani yang kami kunjungi di desa Asrikaton dusun Krajan adalah rumah Bapak Zaiman  RT 05 No 97. Beliau berusia 56 tahun, mempunyai 1 orang istri dan 1 orang anak perempuan. Pekerjaan utamanya adalah sebagai petani. Pendidikan terakhir yang ditempuh pak Zaiman adalah SD. Bapak Zaiman bekerja sebagai petani sejak tahun 1980-an. Pada waktu itu pak Zaiman masih belum berkeluarga. Luas lahan pertanian sawah yang dimiliki seluas 7000 m2 dengan system bagi hasil maro sejak tahun 1980-an. Selain sebagai petani, pak Zaiman juga beternak.Pak Zaiman memiliki 2 hewan ternak yaitu sapi. Sapi tersebut digunakan Pak Zaiman untuk membantunya dalam mengolah lahan pertaniannya.
II.      Kebudayaan Petani

11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PADI                                       PADI                                     JAGUNG


Lahan sawah yang dimiliki pak Zaiman dalam satu tahun ditanami padi dan jagung. Biasanya lama penanaman sekitar 3-4 bulan. Pak Zaiman melakukan pola penanaman tersebut tergantung dengan musim. Jika musim penghujan pak Zaiman menanam padi. Tetapi saat musim kemarau menanam jagung. Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu mengolah tanah. Pak Zaiman biasanya menggunakan tenaga sapi untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Kadang pak Zaiman juga menggunakan traktor untuk mengolah tanah yang akan ditanami. Itu dilakukan karena sawah yang beliau miliki cukup luas yaitu 7000 m2.
Biasanya pak Zaiman menyiapkan terlebih dahulu benih yang akan ditanam di lahan tersebut. Itu dilakukan oleh pak Ziman sendiri. Jadi persemian tanaman padi dilakukan dengan cara manual. Persemian di lahan sawah milik pak Zaiman dilakukan disamping lahan yang telah dipetakkan. Dalam persemiannya pak Zaiman menggunakan benih dengan varietas IR-64 dan IR-Super dengan jumlah benih yang dibutuhkan untuk lahannya yang sebesar 7000 m2 sebanyak ± 35 kg bibit benih. Dimana benih tersebut dibelinya dari KUD yang terdapat di daerah Asrikaton. Lama persemian antara 25-30 hari ( ketika itu tanaman sudah terlihat agak tinggi ). Jarak tanam antara benih 1 dengan benih lain berjarak 25 cm dan jumlah benih sebanyak 2-3 batang.
Pada lahan sawah milik pak Zaiman digunakan 3 macam pupuk yaitu urea, phonska dan ZA. Masing-masing dilakukan pemupukan 2x sehari. Pupuk urea biasanya digunakan pada saat awal penanaman. Setelah itu, pada pertengahan masa tanam digunakan pupuk phonska untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan pupuk ZA digunakan saat akan memasuki musim panen. Biasanya pak Zaiman melakukan penyiangan dengan menggunakan berbagai macam obat seperti obat ally, bromason, dan rondae. Obat-obat tersebut disemprotkan ke tanaman pengganggu / gulma. Proses penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat semprot manual. Dalam mengairi sawahnya, pak Zaiman membuat parit kecil diantara gundukan tanah yang telah dibuat untuk menanam padi tersebut.
Kebanyakan apabila menanam sesuatau pasti ada saja pengganggu yang menyebabkan kita kadang merugi. Penggnggu tersebut biasa disebut dengan hama. Hama yang biasa muncul di lahan sawah milik pak Zaiman ialah wereng, belalang dan tikus. Pak Zaiman pun memiliki cara tertentu untuk menangani masalah ham yang menyerang lahan sawahnya. Apabila hama tersebut tikus maka pak Zaiman akan meletakkan jebakan agar tikus tersebut tidak lagi mengganggu tanaman tersebut. Jebakan tersebut sangat sederhana yaitu tanah disekitar tanaman padi dicampur dengn fosfit dan sekam. Itu tidak menyebabkan pengaruh apa-apa terhadap tanamannya namun membuat tikus tidak mau lagi mendekati tanaman padi tersebut. Dan hama lain seperti wereng dan belalang biasanya dibasmi dengan menggunakan pestisida jenis desis dan bodan yang disemprotkan saat hama tersebut datang.
Saat panen pak Zaiman biasanya melihat keadaan dari tanaman tersebut. Apabila padi yang ditanam sudah menguning dan kering barati siap untuk dipanen. Apabila tanaman tersebut belum kering namun sudah dipanen maka beras yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang buruk. Setelah padi dipanen maka tahap selanjutnya padi akan dirontokkan. Dalam merontokakan padi pak Zaiman masih menggunakan cara manual yaitu dengan digebyok-gebyok untuk memisahkan padi dengan sekamnya. Kemudian padi dijemur. Lama masa penjemuran bisa sampai 2-3 hari tergantung dari cuaca yang ada saat itu. Apabila cuaca mendukung maka penjemuran akan cepat namun ketika cuaca tidak bersahabat maka penjemuran padi bisa memakan waktu sampai 1 minggu. Dengan lahan berukuran 7000 m2 maka saat panen pak Zaiman dapat menghasilakan 5 ton setiap 1 kali panen. Pada musim kemarau biasanya beliau bisa panen sampai 6-7 ton, Hasil panen tersebut biasanya dijual sebagian dan sebagian yang lain dikonsumsi sendiri.
Pak Zaiman memperoleh pengetahuan tentang cara bercocok tanam dari orang tuanya. Dengan cara mengikuti orang tuanya pergi ke sawah dan melihat bagaimana orang tuanya bercocok tanam. Karena dari kecil pak Zaiman sudah dikenalkan apa yang namanya bertani. Dari dulu sampai sekarang pengetahuan dan cara budidaya padi di lahan milik pak Zaiman tidak berubah karena konsep bertani yang dilakukan pak Zaiman adalah yang dulu diajarkan oleh kedua orang tuanya.

III.   Stratifikasi Sosial
Luas lahan pertanian yang dimiliki Pak Zaiman dari awal menjadi petani hingga sekarang tidak mengalami perubahan. Tempat tinggal yang kini beliau tempati adalah milik sendiri dengan luas rumah 95 m2. Dilihat dari segi kondisi rumah, beliau termasuk orang yang sederhana. Lantai rumah pak Zaiman sudah menggunakan keramik, dengan dinding tembok, dan atap menggunakan genteng biasa. Adapun fasilitas yang dimiliki keluarga pak Zaiman yaitu sepeda motor yang biasanya digunakan pak Zaiman untuk pergi ke sawah. Karena jarak tempuh untuk ke sawah tidaklah dekat. Selain itu, keluarga pak Zaiman memiliki 1 buah televise dengan ukuran 21 inc. Pak Zaiman juga memiliki alat komunikasi berupa handphone.

IV.   Kelembagaan
Menurut pak Zaiman, di desa Asrikaton dusun Krajan terdapat kelompok tani. Kelompok tani tersebut diketuai oleh Bapak Mahmud. Dalam hal ini pak Zaiman dulu pernah menjadi anggota kelompok tani tersebut namun akhirnya pak Zaiman keluar dari kelompok tani tersebut karena kinerjanya yang sedikit melenceng dari pandangan pak Zaiman.
Menurut pak Zaiman kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut yaitu mengumpulkan pupuk untuk dibagikan kepada para petani, rapat tentang masalah pengairan pada sawah dan pengadaan benih bagi para petani. Dalam kelompok tani yang ada di daerah tersebut menurut pak Zaiman belum bermanfaat karena anggotanya cenderung individualis. Karena keuntungan yang didapat bukan keuntungan untuk kelompok tani tersebut.
Di dusun Krajan, desa Asrikaton tidak terdapat HIPPA yang  mengatur pemakaian air bagi sawah petani. Karena tidak adanya HIPPA maka pak Zaiman mengairi sawahnya sendiri. Caranya dengan mengalirkan air dari sungai yang kemudian menuju parit yang ada di sawah yang telah dibuat oleh pak Zaiman. Dalam hal modal pak Zaiman tidak membutuhkan modal dari luar karena pak Zaiman dalam membeli benih, pupuk maupun upah tenaga kerja beliau memakai modal sendiri.
Untuk mengelola sawahnya pak Zaiman membutuhkan tenaga kerja dari luar dengan sisitem upah harian. Upah harian yang diperoleh buruh tani tersebut sebesar Rp 50.000,00. Karena pria dan wanita dalam hal bekerja di sama ratakan. Dalam mendapatkan sarana produksi usaha tani seperti benih, pupuk dan pestisida beliau membeli sendiri di KUD. Namun di KUD tersebut belum tentu ada sehingga beliau memilih beli di tempat lain. Hal tersebut di perbolehkan asalkan mempunyai lahan sawah yang berada di daerah tersebut.
Pada saat panen tiba pak Zaiman biasanya menjual sebagian dari hasil panen tersebut kapada pedagang dan sebagian yang lain dikonsumsi sendiri. Biasanya pak Zaiman menjual kepada pemilik toko-toko yang menjual sembako karena keuntungan yang didapatkannya sudah jelas. Apabila beliau menjual ke pedagang yang ada di pasar maka keuntungan yang didapatkan oleh petani cenderung dimanipulasi oleh pera pedagang tersebut.

V.      Jaringan Sosial
Di daerah tersebut terdapat PPL dan pak Zaiman pernah berkonsultasi tetapi jarang karena tindakan dari PPL tersebut tidak bisa direalisasikan. Hal ini senada dengan BPTP yang berada di Karang Ploso. Beliau tidak pernah kesana sejak saat pertama memiliki lahan sawah sendiri karena memang belum mengetahui bahwa ada BPTP di Karang Ploso. Terdapat pula kerjasama antara pak Zaiman dengan kios sarana produksi pertanian dalam hal pembelian benih dan pupuk. Karena biasanya pak Zaiman membeli barang-barang tersebut di KUD. Sehingga terjadilah kerjasama tersebut.
Dalam hal pemasaran, kelompok tani yang ada di daerah tersebut menjalin kerjasama dalam hal pemasaran hasil pertanian namun keuntungan yang diperoleh atau yang didapatkan oleh petani tidak sebanding dengan apa yang dijual. Untuk urusan modal, pak Zaiman menggunakan modal sendiri sehingga beliau tidak terlalu berhubungan dengan bank yang biasanya meminjamkan modal untuk petani yang membutuhkan modal.

VI.   Perubahan Sosial dan Globalisasi
Menurut pak Zaiman kondisi pertanian antara zaman orde baru dengan reformasi mengalami kemunduran serta sangatlah berbeda. Pada tahun 1970-an, petani sangat dimanjakan oleh pemerintah dalam hal kebutuhan dalam pertanian. Dimana pupuk dijamin oleh pemerintah, dapat menyewa sapi yang digunakan untuk mengolah sawah, dll. Penyebab dari kemunduran dalam bidang pertanian yaitu kurangnya pengetahuan dan ilmu yang didapatkan petani. Karena pengetahuan petani zaman dahulu dengan petani zaman sekarang berbeda. Ini dikuatkan dengan tidak adanya kesinambungan dan keselarasan antara petani generasi sekarang dengan petani zaman dahulu.
Dalam segi harga menurut pak Zaiman pada zaman reformasi lebih tinggi daripada zaman orde baru. Ini terbukti dengan terjadinya fluktuasi harga pada reformasi dibandingkan dengan orde baru yang harganya relatif stabil. Tentang pemerintah yang menggalakkan penggunaan pupuk organik pak Zaiman setuju dan bersedia menggunakan pupuk tersebut apabila pemasaran pupuk ke KUD lebih memadai sehingga beliau tidak harus lagi mencari ke lain tempat.
Lahan sawah milik pak Zaiman tidak mengalami kemunduran dalam hal tingkat kesuburan tanah. Karena perawatan terhadap lahan sawah tersebut dilakukan secara intensif. Selain lahan sawah tersebut dikerjakan oleh orang lain pak Zaiman juga turut membantu dalam menggarap sawahnya tersebut. Didalam kegiatan usaha tani terdapat kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung proses produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan pendukung pertumbuhan dan pestisida. Kebutuhan rumah tangga yang diperlukan oleh keluarga pak Zaiman ialah TV, sepeda motor, sofa, dll. Kebutuhan tersebut digunakan dalam kehidupan rumah tangga.

VII. Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang dilakukan di Desa Asrikaton dapat disimpulkan bahwa Bapak Zaiman melau bertani sejak tahun 1980-an dengan sistem maro, dan selama setahun beliaun menanam padi dan jagung. Biasanya beliau mengelolah tanah sawah dengan menggunakan traktor dan tenaga sapi. Pupuk yang beliau gunakan yaitu pupuk kimia seperti Urea, ponska, ZA dan penggunaan pestisida dalam membasmi hama seperti desis. Dalam menanam padi beliau melakukan pembenih sendiri di lahan sawah yang sudah dipetakan di samping sawahnya. Di desa tersebut beliau dulu pernah tergabung dalam kelompok tani tetapi sekarang sudah berhenti dan lahan sawahnya beliau aliri air melalui sungai yang menuju sawahnya. Usahatani yang beliau kelolah menggunakan modal sendiri. Dalam mengelolah sawahnya beliau mengunakan tenaga bantuan orang lain dengan upah perhari sebesar Rp.50.000.
Di daerah tersebut terdapat PPL dan beliau  pernah berkonsultasi tetapi jarang karena tindakan dari PPL tersebut tidak bisa direalisasikan. Hal ini senada dengan BPTP yang berada di Karang Ploso. Beliau tidak pernah kesana sejak saat pertama memiliki lahan sawah sendiri karena memang belum mengetahui bahwa ada BPTP di Karang Ploso. Terdapat pula kerjasama antara pak Zaiman dengan kios sarana produksi pertanian dalam hal pembelian benih dan pupuk.

2.5 Deskripsi Keluarga dan Usahatani dari Bu Kuspartini
Oleh ( Aninda Ayu Annisa          115040101111043)
I.          Deskripsi Identifikasi Petani                                                                      Berikut adalah identitas petani :.
Nama                                    : Ibu Kuspartini
Umur                                     : 47 tahun
Tingkat Pendidikan  formal  : SMP
Pekerjaan KK                      : Pekerja bangunan (Utama) dan petani ( Sampingan )
Menjadi petani sejak             : Tahun 1970
Jumlah anggota Keluarga     : 1 orang suami dan 1 orang anak perempuan
Luas lahan sawah                  : 200m2
Pada tanggal 10  Desember 2011, kami berkunjung ke Dusun Krajan, Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Disana, kami mengunjungi rumah Ibu Kuspartini, RT 02/No. 201, Dusun Krajan, Desa Asrikaton. Beliau adalah seorang istri petani dari Bapak Misbal Khul Munir.
Ibu Kuspartini lahir di Bugis, tanggal 4 Juni 1964. Kini beliau berusia 47 tahun. Tingkat pendidikan formal terakhir beliau adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pekerjaan keluarga beliau yang utama adalah pekerja  bangunan (swasta) dan pekerjaan sampingannya adalah sebagai petani. Jumlah anggota dalam rumah tangga beliau sebanyak 3 orang. Kemudian, beliau mempunyai lahan pertanian sawah milik sendiri seluas 200m2 yang berasal dari warisan orang tua Bapak Misbal Khul Munir sejak setelah mereka menikah, sekitar tahun 2007.

II.      Kebudayaan Petani

11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PADI                                       PADI                                     JAGUNG


Dalam satu tahun lahan sawah milik beliau ditanami padi dan jagung. Pada musim hujan beliau menanam padi sedangkan, pada musim kemarau beliau menanam jagung. Beliau menggunakan pola tanam seperti itu berdasarkan musim. Cara bercocok tanamnya yaitu, dibajak dengan menggunakan tenaga sapi. Alasannya lebih memilih membajak menggunakan sapi daripada traktor adalah karena traktor terlalu mahal. Cara mengolah tanahnya, yaitu :
·         Pertama, lahannya dibajak dahulu dengan menggunakan tenaga sapi.
·         Kedua, tebarkan benih pada sebagian lahan. Ditanam sekitar 25 hari sampai 35 hari.
Kemudian, cara mempersiapkan benih untuk persemian disawah, yaitu dengan merendam benihnya selama dua malam. Kemudian, ditiriskan dalam karung plastik. Membuat persemiannya di sawah dengan menggunakan benih Cibogor 64 sebanyak 5 kilogram untuk 1 petak (sekitar 200m2). Caranya, yaitu rendam benihnya selama dua malam. Kemudian, ditiriskan dalam karung plastik. Setelah berkecambah, tebarkan ke sawah. Lalu, tutupi dengan daun pisang agar tidak kering. Pada umur 10 hari tutupnya dibuka. Umur 1 bulan baru ditanam. Kemudian, jarak tanamnya yaitu, 25cm sampai 30cm dengan jumlah bibit perlubang 2 atau 3 tanaman. Kondisi airnya jernih tetapi, kalau sudah tercampur tanah menjadi keruh.
Jenis pupuk yang digunakan beliau, yaitu pupuk urea. Sebanyak 2 kali pemupukan. Dalam 1 petak menghabiskan 25 kilogram pupuk. Selanjutnya, penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan. Penyiangan dilakukan selama 2 kali pada saat umur 1 bulan dan 2 bulan. Kemudian, dilakukan dengan cara digenangi air karena, untuk mempermudah proses penyiangan rumput. Beliau menggunakan pengairan dari sungai untuk mengairi lahan sawahnya.
Pada saat usahatani padi beliau sering menemukan hama sejenis ulat. Cara melakukan pengendalian hama tersebut hanya dengan disemprotkan obat desis, dengan takaran sebanyak 1 sampai 2 kali penyemprotan. Kemudian, cara beliau menentukan padi mereka sudah waktu panen atau belum adalah ketika padi berusia 4 bulan. Panen dilakukan dengan digebyok biasa menggunakan tangan. Setelah itu, padi dibersihkan dahulu kemudian dijemur. Hasil panen untuk dikonsumsi sendiri, tidak untuk dijual ataupun disimpan. Karena, padi tidak seperti gabah yang 1 tahun tidak dapat rusak apabila disimpan.
Ibu Kuspartini mendapat pengetahuan tentang cara bercocok tanam dari suaminya. Dan suaminya pun mendapatkannya dari orang tuanya. Menurut beliau, pengetahuan dan cara budidaya padi dan jagung dari jaman dahulu tak pernah berubah. Alasannya karena, pengetahuan cara bercocok tanam sudah seperti itu sejak dulu. Sehingga, kalau ada perubahan perlu adanya pembelajaran baru. Kemudian, dari sejak berkeluarga sampai saat ini pun tidak ada perubahan dalam luas lahan pertanian beliau. Dari sejak mereka menikah pun lahannya tetap berupa sawah.


                                                         
III.   Stratifikasi Sosial
Selanjutnya, mengenai kondisi rumah yang ditempati Ibu Kuspartni adalah milik sendiri dari warisan orang tua Bapak Misbal Khul Munir dengan ukuran rumah sebesar 6 x 15 meter, jenis lantai keramik, dengan dinding terbuat dari tembok, dan dengan atap terbuat dari genteng biasa. Beliau, mempunyai alat transportasi  satu sepeda motor dan dua sepeda. Kemudian, alat komunikasi seperti televisi 21 inch dan dua handphone. Kedudukan keluarga Ibu Kuspartini dalam masyarakat hanya sebagai rakyat biasa yang bekerja sebagai pegawai bangunan dengan pekerjaan sampingan sebagai petani. Disana, tokoh masyarakat yang paling tinggi adalah tokoh agama (kyai).
IV.   Kelembagaan
Dalam hal kelembagaan beliau berkata, dahulu ada Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani tapi, sekarang sudah tidak ada lagi. Namun, untuk Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) ada. Ibu Kuspartini merupakan salah satu anggota yang aktif. Ketua dari HIPPA ini bernama Pak Suin. Salah satu kegiatan dari HIPPA ini adalah mengairi sawah para petani. Menurut Ibu Kuspartini kegiatan ini sangat bermanfaat, salah satunya adalah untuk mengairi sawah beliau bila tidak ada hujan. Sehingga, sawahnya tidak kekeringan. Selama menjalankan usahataninya, Ibu Kuspartini tidak pernah membutuhkan ataupun menggunakan modal dari luar keluarga beliau. Menurut beliau, cukup dengan menggunakan uangnya sendiri karena tidak begitu banyak biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan usahataninya.
Dalam kegiatan usahatani padi ataupun jagung, beliau menggunakan tenaga kerja dari luar dengan cara meminta bantuan ke tetangganya untuk membantunya dalam hal membajak. Upah yang diberikan beliau senilai Rp. 50.000,00/hari. Namun, dalam hal mencabut rumput beliau lebih memilih menggunakan tenaganya sendiri dibantu dengan alat yang  bernama gasrok.
Keluarga Ibu Kuspartini mendapatkan sarana produksi usahatani (benih, pupuk, peptisida) dari toko pertanian dengan membelinya secara kontan. Lalu, hasil panen padi ataupun jagung pada setiap musim panen adalah dikonsumsi sendiri.

V.      Jaringan Sosial
Ibu Kuspartini tidak mempunyai hubungan dengan jaringan sosial di desanya seperti Petugas Penyuluh Lapang (PPL). Menurut beliau, PPL ini dari dulu tidak ada tapi, tidak tahu untuk di daerah lain. Karena, beliau sawahnya hanya 1 petak dan disini pun yang sawahnya hanya 1 petak hanya ikut-ikutan saja. Lain dengan petani yang mempunyai sawah berpetak-petak. Mungkin petani ini berhubungan dengan PPL. Beliau sendiri pun tidak pernah berkonsultasi dan diskusi tentang masalah pertanian karena, sudah diajari oleh saudara dari suaminya dimana di desa saudara suaminya tersebut ada kelembagaan seperti Kelompok Tani.
Selain itu, beliau pun tidak pernah berhubungan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan petugasnya yang berasal dari Karang Ploso ataupun dengan Kios Sarana Produksi Pertanian serta bank. Alasannya karena, beliau dari dulu tidak pernah berhubungan dengan jaringan sosial seperti itu. Untuk Kios Sarana Produksi Pertanian beliau hanya membeli saja  untuk kebutuhan usahataninya. Kemudian, dalam pemasaran hasil pertanian pun tidak. Karena, beliau lebih memilih hasil pertanian untuk dikonsumsi sendiri. Bahkan, untuk bank pun sama sekali tidak pernah berhubungan. Alasannya karena, uangnya tidak cukup untuk ikut-ikutan berhubungan dengan bank.
                                 
VI.   Perubahan Sosial dan Globalisasi
Kemudian, menurut pengamatan Ibu Kuspartini mengenai kondisi pertanian beliau di desa Asri Katon sebelum reformasi atau masa orde baru (masa presiden Pak Suharto) yaitu, sama saja. Contohnya saja dalam penggunaan pupuk. Saat orang tua beliau masih menjadi petani, pupuk yang mereka gunakan masih saja pupuk urea.Menurut Ibu Kuspartini, faktor-faktor yang menyebabkan kondisi pertanian beliau dan kondisi pertanian di desa tidak mengalami kemajuan adalah karena terlalu banyak penggunaan pestisida dan pupuk kimia.
Kemudian, harga-harga hasil pertaniannya pun lebih tinggi masa reformasi. Contohnya, benih Cibogor 64 harganya Rp.90.000,00 untuk 1 kwintal. Sedangkan, harga beras 1 kilogram diatas Rp.7.000,00. Dahulu, beliau pernah mencoba penggunaan pupuk organik seperti yang digalakkan pemerintah.Namun, Ibu Kuspartini menggunakan pupuk organik dicamapur dengan urea. Dan ternyata berdampak postif  bagi hasil panennya. Panenya mengalami peningkatan. Dalam hal ini, beliau pun setuju saja tentang pemerintah menggalakkan penggunaan pupuk organik. Tetapi, biasanya untuk petani yang mempunyai sawah hanya 1 petak, cenderung ikut-ikutan saja dengan petani yang sawahnya berpetak-petak dalam menggalakkan program pemerintah untuk menggunakan pupuk organik.
Selama beberapa tahun terkahir ini, sawah milik Ibu Kuspartini mengalami kesuburan. Tanda-tandanya yaitu, hasil panennya mengalami peningkatan. Namun, beliau terkadang suka khawatir ketika musim kemarau. Karena, kalau musim kemarau tiba sawahnya beliau terkadang mengalami kekeringan karena kurang air. Beliau takut akan mempengaruhi produksi panennya. Upaya yang dilakukan oleh Ibu Kuspartini untuk mencegah kemunduruan tingkat kesuburuan tanah pun hanya dengan diberi pupuk kandang. Dengan cara langsung ditaburkan ke lahannya.
Dalam kegiatan usahatani Ibu Kuspartini yang harus dibeli diluar untuk memenuhi kebutuhan usahataninya yaitu, benih, pupuk, dan obat. Sedangkan, untuk kebutuhan rumah tangganya harus beli diluar semua kecuali, beras.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Kuspartini yang dilakasanakan di Desa Asrikaton, pekerjaan yang dimiliki beliau adalah sebagai pegawai bangunan dengan pekerjaan sampingan sebagai petani. Beliau memiliki sawah hasil warisan orang tua dari suami beliau Bapak Misba Khul Munir. Selain padi, beliau juga menanam jagung pada musim kemarau. Kemduian, menurut beliau di desanya dahulu ada Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani namun, sekarang sudah tidak ada lagi. Selain itu, beliau tidak pernah mengikuti jaringan sosial apapun dalam memenuhi kebutuhan usahataninya maupun kebutuhan rumah tangganya.





























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data hasil fieltrip  yang kami lakukan di Desa Asrikaton Dusun Krajan, kelima petani yang telah diwawancarai telah menjadi petani sejak lulus SD,SMP, SMA Aliyah. Sawah yang beliau kelolah didapat dari warisan orang tuanya. Selain mengelolah sendiri lahan sawahnya ada juga yang bekerja sebagai buruh tani (mengelolah sawah orang lain) seperti keluarga bu Ubaidah. Di desa ini terdapat pula kelompok tani dan himpunan petani pemakai air untuk mengairi sawahnya serta kelompok tani disini dalam bermusyawarah membahas tentang pertanian yang baik, namun petani di desa ini ada yang masih bergabung dalam kelompok tani ada pula yang berhenti. Dilihat dari startifikasi sosialnya petani didesa Asrikaton termasuk dalam golongan menengah yaitu sebagai petani,buruh tani dan ada pula sebagai tokoh agama namun sawahnya disewakan kepada orang lain dan sebagian dikelolah sendiri.
Dalam setahun  lahan sawah ditanami padi jagung. Pengelolaan  lahan sawahnya para petani  menggunakan pupuk kimia seperti Urea, ZA, Ponska dan pestisida dalam membasmi tikus dan ulat pestisida yang digunakan pospit dan desis. Pengelolaan tanah mereka menggunakan traktor pada sawah yang lahannya luas sedangkan lahan sawah tidak begitu luas menggunakan tenaga sapi. Hasil panen yang petani dapatkan dikomsumsi sendiri dan sebagian lagi di jual kepada para pedagang yang datang. Penyiangan yang dilakukan biasanya menggunakan tangan dan gasrok.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan hasil panen yaitu dengan cara menggalakkan pupuk organik. Namun sepertinya usaha tersebut kurang menarik bagi masyarakat. Buktinya sampai saat ini masyarakat  masih menggunakan pupuk kimia dalam  tanaman mereka. Dan pupuk organik yang diberikan pemerintah tergolong masih standar untuk pertumbuhan tanaman, tidak seperti pupuk kimia yang pertumbuhan tanamannya relatif cepat. Jika pemerintah menggalakan pupuk organik para petani tetap setuju dengan rencana pemerintah tersebut. Menurutnya, usaha pemerintah untuk menggalakkan pupuk organik (pupuk kompos, pupuk kandang) dapat meningkatkan kesuburan tanaman dan kesuburan tanah asalkan pemerintah menangani hal tersebut secara maksimal. Jika pupuk organik digalakkan dengan maksimal, maka petani juga tidak terlalalu  mengeluarkan modal banyak.
Para petani juga mengatakan bahwa pertanian dimasa reformasi seperti sekarang ini. Jauh lebih baik di masa orde baru sebab harga-harga bahan pertanian sangat mahal dan sulitnya mendapatkan pupuk. Dalam segi kondisi harga lebih dirasakan pada masa orde baru, serta dalam segi teknologi dimasa reformasi ini jauh lebih baik sekarang karena petani tidak lagi menggunkan alat tradisional, namun perkembangan teknologi hanya bisa dirasakan oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi atas saja. Dan tingkat kesuburan belakang ini sudah mulai menurun hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang terus-menerus.             















Tidak ada komentar:

Posting Komentar