Rabu, 11 September 2013

“PERAN KOMUNIKASI PADA KOMODITI UBI KAYU DAN KACANG TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ”

TUGAS TERSTRUKTUR

KOMUNIKASI AGRIBISNIS
 “PERAN KOMUNIKASI PADA KOMODITI UBI KAYU DAN KACANG TANAH
SEBAGAI PELUANG BISNIS ”








oleh : 
Fijri Dita Nuralamika


 
 







PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan  rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstuktur pertama mata kuliah komunikasi agribisnis berupa paper mengenai “Peran Komunikasi pada Komoditi Ubi Kayu dan Kacang Tanah sebagai Peluang Bisnis” . Ubi kayu dan kacang tanah merupakan tanaman pangan penting yang ada di Indonesia selain padi dan jagung. Sehingga komunikasi memiliki peran penting dalam peningkatan nilai tambah.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah komunikasi agribisnis Bapak Prof.DR.Ir.Sugiyanto,MS yang telah  mengajar, berbagi ilmunya dan membimbing kami selama proses belajar .
Penulis menyadari bahwa dalam  penulisan paper  ini masih belum sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk memeperbaiki paper  berikutnya.



           
                                                                                                            Malang, Juli 2013

                                                                                                Penulis


1.    TANAMAN UBI KAYU  (Manihot esculenta)
1.1    Sejarah Ubi Kayu
Tanaman ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Tanaman Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara –negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya ( Purwono, 2009).
Penyebaran tanaman ubi kayu di Nusantara, terjadi pada sekitar tahun 1914 – 1918, yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan makanan pengganti ( subtitusi ) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Adapun sentra produksi ubi kayu di Nusantara adalah Jawa, Lampung, dan NTT ( Sunarto, 2002). Umumnya tanaman ini dibudidayakan oleh manusia terutama adalah untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang selama ini dilakukan adalah untuk mempertinggi hasil umbinya.

1.2 Jenis Tanaman Ubi Kayu
            Ubi kayu termasuk kedalam species manihot esculenta yang termasuk dalam divisi tumbuhan berbiji. Ubi kayu termasuk tanaman  tropis namun dapat pula tumbuhn di daerah subtropis. Sebenarnya ubi kayu tidak menuntut iklim yang spesifik bagi pertumbuhannya tapi ubi kayu akan baik ditanam pada daerah  yang memiliki ketinggian 0-1000 diatas permukaan laut (dpl), bercurah hujan 750-1000 mm/tahun dan memiliki suhu 25-28 derajat celsius.
            Ubi kayu (manihot esculenta) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah. Ubi kayu diperbanyak dengan stek batang. Stek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Stek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman
dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran  stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu.
            Bibit yang dianjurkan adalah : 1) stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu, 2) panjang 15-20 cm, 3) diameter 2-3 cm dan 4) tanpa penyimpanan, 5) umur genjah 7-9 bulan, 6) tahan terhadap hama dan penyakit. Ubi kayu merupakan tanaman yang bibitnya mudah didapat dan mudah pula dibudidayakan, yaitu dapat ditanam di lahan yang kurang subur sekali pun, risiko gagal panen 5 persen, dan tidak memiliki banyak hama. Di sisi lain,
dibandingkan dengan tanaman pangan lain yang rata-rata hanya berumur 4 bulan, ubi kayu memiliki umur yang lebih panjang yaitu 7-12 bulan.  Berdasarkan deskripsi varietas tanaman ubi kayu, maka penggolongan jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1.        Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya: gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting, dan kaliki.
2.        Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau bila akan dikonsumsi harus melalui proses. Contoh varietasnya: karet, bogor, SPP, dan adira 2 ( Rukmana, Rahmat, 1997 ). Bila rasa ubi kayu semakin pahit maka kandungan sianidanya tinggi (Winarno, F. G, 2001 ).

1.3 Manfaat Ubi Kayu
            Di Indonesia ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ubi kayu sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi karena mengandung asam amino metionin, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Ubi kayu bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan. Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama.  Untuk pemasaran yang memerlukan waktu lama ubi kayu harus diolah terlebih dahulu menjadi bentuk lain yang lebih awet.
            Berbeda dengan daunnya, umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya akan karbohidrat namun sangat miskin protein. Tanaman ini memiliki berbagai varietas yang dapat langsung dikonsumsi sebagai makanan atau menjadi bahan baku bagi industri tapioka dan gaplek (manihok) ataupun tepung gaplek, yang selanjutnya dipergunakan untuk berbagai macam industri seperti makanan, makanan ternak, kertas, kayu lapis dan lainnya.
Sejak tahun 1978 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan telah melepas 10 varietas unggul ubikayu, namun hanya ada 4 varietas yang disarankan untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Keempat varietas tersebut merupakan varietas ubi kayu pahit.  Produksi varietas unggul ubi kayu tersebut dapat mencapai 25 – 40 ton/ha dengan umur panen  8 sampai 10 bulan (Tabel 1). Disamping itu, di Jawa Barat juga ada yang mengembangkan budi daya ubi kayu raksasa yang dikenal dengan nama Darul Hidayah dengan tingkat produktivitas 100 – 150 ton/ha. 
Pohon Industri Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan tanaman serbaguna.  Batang, daun dan umbinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti tergambar pada Gambar . Batang ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk bibit, papan partikel, kerajinan, briket dan arang (Soekartawi, 2005).  Daunnya untuk makanan, farmasi dan industri pakan ternak (Soekartawi, 2005).  Biji ubi kayu berpotensi sebagai penghasil minyak (Popoola dan Yangomodou, 2006).  Kulit umbinya dapat digunakan sebagai pakan ternak, dan daging umbinya dapat diolah menjadi berbagai produk seperti makanan, tapioka, gaplek, tepung ubi kayu, dekstrin, perekat, bioetanol, dan lain-lain. 

1.4 Kandungan Gizi Ubi Kayu
Kandungan gizi tanaman ubi kayu dapat dilihat dalam table di bawah ini:
Tabel Kandungan Gizi dalam tiap 100g ubi kayu

1.5 Prospek Ubi Kayu
Prospek ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol di Indonesia akan lebih jelas terlihat bila dilakukan Analisis Daur Hidup (Life Cycle Assessment) terhadap produksi etanol dari ubi kayu di Indonesia.  Hasil analisis ini tidak hanya memberikan gambaran yang lengkap mengenai produksi dan penggunaan etanol, namun juga membantu mengidentifikasi beberapa bidang tertentu dimana diperlukan inovasi teknologi atau kebijakan strategis agar alternatif energi ini praktis dan layak.
 Ada dua parameter utama yang dikaji pada proses produksi etanol sebagai energi alternatif, yaitu energi dan kinerja lingkungan.  Berdasarkan Analisis Daur Hidup (Life Cycle Assessment) yang dilakukan di Thailand, produksi etanol dari ubi kayu memberikan nilai positif terhadap lingkungan. Penggunaannya dalam bentuk E10 dalam keseluruhan daur hidupnya  menurunkan beberapa beban lingkungan.  Penurunan beban lingkungan relatif terhadap bahan bakar konvensional adalah 6,1% untuk penggunaan energi fosil, 6,0% untuk potensi pemanasan global, 6,8% untuk asidifikasi, dan 12,2% untuk pengayaan nutrisi.  Jika pada proses produksi etanol juga digunakan biomassa sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka keseluruahn daur hidup energi dan kinerja lingkungan akan lebih baik pula. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif masa depan yang ramah lingkungan dan bersifat renewable.
Ada beberapa alasan digunakannya ubi kayu sebagai bahan baku bioenergi, khususnya bioetanol, di antaranya adalah ubi kayu sudah lama dikenal oleh petani di Indonesia; tanaman ubi kayu tersebar di 55 kabupaten dan 33 provinsi; ubi kayu merupakan tanaman sumber karbohidrat karena kandungan patinya yang cukup tinggi; harga ubi kayu di saat panen raya seringkali sangat rendah sehingga dengan mengolahnya menjadi etanol diharapkan harga ubi kayu lebih stabil; ubi kayu akan menguatkan security of supply bahan bakar berbasis kemasyarakatan; ubi kayu toleran terhadap tanah dengan tingkat kesuburan rendah, mampu berproduksi baik pada lingkungan sub-optimal, dan mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih baik pada lingkungan sub-optimal dibandingkan dengan tanaman lain (Prihandana et al., 2007).
Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan, penggunaannya sebagai BBM terbukti dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Saat ini bioethanol juga bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah, lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Dengan demikian bisnis bioetanol di Indonesia mempunyai prospek yang cerah karena melimpahnya bahan baku, seperti singkong, tebu, aren, jagung maupun hasil samping pabrik gula (molase).

1.6 Aspek Pasar
            Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Pada saat krisis pangan atau langkanya komoditas beras, singkong merupakan alternatif  pengganti beras walau hanya dimanfaatkan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Sepanjang tahun 2006 sampai 2007 komoditas singkong yang telah diubah menjadi tepung tapioka harga/ton terus mengalami kenaikan dari harg Rp 100.000 menjad Rp 300.000. Saat ini hasil olahan singkog menjadi makanan kemasan berupa kripik singkong, telah  mampu  merebut pangsa pasar masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan kripik singkog dalam kemasan. Makanan kripik singkong dalam kemasan, diharapkan kedepanpanya mampu menggantikan makana kripik kentang yang bahan bakunya lebih mahal dan sulit didapat. Ubi kayu pada saat ini harganya mencapai Rp.2000-2500/kg.
            Permintaan akan komoditas singkong tidak hanya pada sektor pangan. Krisis energi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, menjadikan masyarakat dunia harus mampu mencari pengganti bahan baku energi yang terbaharukan seperti biodiesel. Singgkong adalah salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan baku energi terbaharukan untuk dibuat biodiesel. Terkait dengan program pemerintah dengan pencampuaran bahan baku biofuel dengan bahan baku minyak pada tahun 2009, komoditas singkong menjadi salah satu komoditas yang diaharapkan mampu mensuplai bahan baku biofuel tersebut.
            Produktivitas dari komoditas singkong di Indonesia masih sangat renadah, apabila dibandingakan dengan potensi dari singkong sendiri. Rata-rata nasional, produktivitas singkong/ha masih pada angka 20-30 ton. Rendahnya produktivitas dari tanaman singkong masih  diperparah dengan semakin menyempitnya lahan untuk bertanam singkong. Sementara itu, berdasarkan survey, 58 % lahan tanaman singkong hanya tersebar di Jawa, hal tersebut tentu bertolak belakang dengan padatnya pulau  jawa dengan penduduk. Sempitnya lahan tersebut, secara umum disebabkan masih rendahnya minat dari masyarakat untuk bertanam singkong. Rendahnya minat masyarakat secara umum disebabkan masih minimya pengetahuan atau informasi tentang tanaman singkong sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2013.Peran Komunikasi Pertanian http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3282091.pdf Diakses tanggal  5 Juli 2013
Kaye, H. 1997. Mengambil Keputusan Penuh Percaya Diri. Mitra Utama, Jakarta.
Melkote, R.S. 2007. Everett M Rogers and his contribution to the field of communication
and social change in developing countries. Journal of Creative in Communication 1:1 2006. Sage Publication, New Delhi. Thousand Oaks, London.
Popoola TOS, Yangomodou OD. 2006. Extraction, properties and utilization potentials of cassava seed oil.  Biotechnology 5(1):38-41.
Prihandana R, Hendroko R. 2007. Energi Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prihandana R et al. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Purwono, 2009. Tanaman Ubi Kayu. http://www.psychologymania.com/2012/08/tanaman-ubi-kayu.html Diakses tanggal  5 Juli 2013
Rukmana R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Soekartawi. 2005. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sunarto, 2002. Tanaman Ubi Kayu http://www.psychologymania.com/2012/08/tanaman-ubi-kayu.html Diakses tanggal  5 Juli 2013
Winarno, F. G, 2001. Tanaman Ubi Kayu http://www.psychologymania.com/2012/08/tanaman-ubi-kayu.html Diakses tanggal  5 Juli 2013
Wargiono J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan.



Senin, 06 Mei 2013

Teori Klasik: Ekonomi dalam Jangka Panjang


PENDAPATAN NASIONAL

1.      Pendahuluan
Sirkulasi aliran pendapatan adalah skema proses perilaku ekonomi yang dilakukan oleh 4 pihak utama yaitu Masyarakat, Produsen, Pemerintah, dan Bank. Pada lingkup masyarakat surplus, dalam hubungannya terhadap Produsen, masyarakat surplus memiliki hubungan sebagai konsumen yang mengkonsumsi barang hasil produksi dari si produsen. Bisa juga  sebagai pegawai dari si produsen yang akhirnya digaji oleh si produsen. Sementara dalam hubungannya terhadap Pemerintah, masyarakat surplus adalah sebagai wajib pajak yang membayarkan pajaknya kepada pemerintah. Nah dari uang pajak tersebut nantinya pemerintah bisa menggunakan sebagiannya untuk memberikan subsidi kepada masyarakat surplus tersebut dala kasus tertentu untuk menjaga agar roda perekonomian tetap berjalan dan berputar sebagaimana mestinya. Dan hubungannya masyarakat surplus tadi kepada pihak Bank adalah sebagai nasabah yang menabungkan uangnya di bank. Yang lalu selanjutnya pihak bank memberikan imbalan bunga sebagai keuntungan dari uang yang telah mereka tabungkan di bank tersebut.
Sementara di lingkup masyarakat minus, dalam hubungannya dengan bank masyarakat minus ini melakukan peminjaman / kredit terhadap pihak Bank. Yang selanjutnya uang itu bisa digunakan untuk berinvestasi kepada pihak Produsen. Dalam peminjaman masyarakat tadi kepada bank, tentu saja ada bunga tertentu yang harus dibayarkan sehingga masuk kas bank. Sementara dengan berinvestasi pada pihak produsen, masyarakat akan endapatkan keuntungan dan produsen mendapatkan modal agar bisa mengembangkan usahanya. Setelah itu hubungannya dengan pemerintah adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat agar semua alur aliran ini bisa terus berputar dengan baik. Pemerintah juga berhak menentukan kebijakan ingin menggandeng pikak produsen atau pihak bank dalam keadaan tertentu untuk menjaga agar stabilitas ekonomi dapat berjalan dan berputar dengan baik. sebetulnya pihak pemerintah memang memiliki  kewenangan untuk melakukan kebijakan dengan menggandeng pihak manapun. karena yang penting bagi pemerintah adalah menjaga agar siklus ini tetap berjalan dengan seimbang.

2. Faktor dan Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin (Suherman, 2000).
Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = f{K, L}

3. Pendapatan Nasional Didistribusikan ke Faktor-Faktor Produksi.
            Dalam teori modern pendapatan nasional dibagi di antara faktor-faktor produksi. Teori ini didasarkan pada pemikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang diterapkan pada pasar faktor produksi, bersama dengan pemikiran baru (abad ke-19) bahwa permintaan atas setiap faktor produksi tergantung pada produktivitas marjinal faktor produksi tersebut. Teori ini, disebut teori ditribusi neoklasik.

3.1 Harga Faktor Produksi
            Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh harga-harga faktor. Dimana harga faktor produksi (faktor princes) adalah jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi, Dalam hal ini pada perekonomian dua faktor produksi adalah modal dan tenaga kerja, serta dua harga faktor produksi adalah upah yang diterima para pekerja dan sewa yang dikumpulkan oleh para pemilik modal.
            Memaksimumkan produksi dapat diciptakan oleh sumberdaya yang tersedia dalam setiap perusahaan usaha untuk menciptkan pengalokasian fakto-faktor produksi yang optimal harus dijalankan. tindakan tersebut akan membantu tujuan keseluruhan perekonomian untuk mengalokasikan sumber-sumber daya dalam perekonomian secara efesien. Keuntungan dan ketahanan perusahaan tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan faktor produksi yang diperoleh secara efesien.

3.2 Keputusan yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif
            Asumsi perusahaan pada umumnya bahwa perusahaan bersifat kompetitif. Perusahaan kompetitif (competitif firm) ukurannya relatif kecil terhadap pasar, dimana perdagangan yang berlangsung memiliki pengaruh yang besar terhadap harga pasar. Untuk membuat produknya, perusahaan memerlukan dua faktor produksi (modal dan tenaga kerja). Jadi fungsi produksi.
Y    = F(K,L)
Y : Jumlah unit yang diproduksi (output perusahaan)
K : Jumlah mesin yang digunakan (jumlah modal)
L : Jumlah jam kerja (jumlah tenaga kerja)

Tujuan perusahaan disini memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan dikurangi biaya-penerimaan yang diperoleh pemilik perusahaan setelah membayar biaya produksi.

Laba       = Penerimaan – Biaya Tenaga Kerja – Biaya Modal

3.3 Permintaan Perusahaan terhadap Faktor-faktor Produksi.
            Perusahaan menggunakan tenaga kerja dan modal jumlah yang memaksimalkan laba. Dalam hal ini ada tiga pokok pembahsan terkait dengan hal tersebut antara lain : Produk marjinal tenaga kerja, Dari produk marjinal tenaga kerja ke permintaan tenaga kerja, serta Produk marjinal produk dan pemintaan modal.

Produk Marjinal Tenaga Kerja.
            Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan maka semakin banyak output yang diproduksi. Jadi Produk marjinal tenaga kerja (Marginal product of labor, MPL) adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap.
MPL = F(K, L+1) – F(K,L)

Simbol pertama pada sisi kanan adalah jumlah output yang diproduksi dengan unit modal dan L+1 unit tenaga kerja. Pada simbol kedua adalah jumlah output yang diproduksi dengan K unit modal dan L tenaga kerja. Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal product): dengan mempertahankan jumlah modal tetap, modal marjinal tenaga kerja menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat.

Dari Produk Marjinal Kerja ke Permintaan Tenaga Kerja
            Perusahaan membandingkan penerimaan ekstra dari kenaikan produksi yang dihasilkan oleh tenaga kerja tambahan terhadap biaya tambahan dalam bentuk upah yang lebih banyak. Penerimaan tambahan adalah P x MPL. Biaya ekstra karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja yaitu :





     (delta) menyatakan perubahan sebuah variabel.

Produk Marjinal Modal dan Penerimaan Modal.
            Produk marjinal modal (marginal product of capital, MPK) adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan, dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap konstan.
 MPK = F(K + 1, L) – F(K, L)
Kenaikan laba dari menyewa mesin tambahan adalah penerimaan tambahan dan output mesin tersebut dikurangi harga sewa mesin.



4.      Distribusi Pendapatan Nasional
Distribusi Pendapatan Nasional Ke Faktor-faktor Produksi :
1.      Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh :
a)      Harga Faktor Produksi, jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi (Upah dan sewa)
b)      Laba Perusahaan Kompetitif, tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya dari faktor produksi modal dan tenaga kerja
                Laba = Penerimaan (P.Y)-  Biaya Tenaga kerja (WL) – Biaya Modal (RK).
c)      Permintaan Perusahaan Terhadap Faktor-faktor Produksi
1)      MPL (marginal product of labor)
Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marginal yang semakin menurun (diminishing marginal product) dengan mempertahankan modal, produk marginal tenaga kerja menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat, hal ini juga membentuk slope atau kemiringan dari fungsi produksi

2)      Dari MPL (marginal product of labor) ke permintaan tenaga kerja
Perusahaan  akan membandingkan penerimaan tambahan dari kenaikan produksi yang dihasilkan oleh tenaga kerja tambahan terhadap biaya tambahan dalam bentuk upah yang lebih banyak. Peningkatan penerimaan dari suatu unit tenaga kerja tambahan tergantung pada dua variabel, yaitu:  produk marjinal tenaga kerja MPL dan harga output.
                                    Penerimaan tambahan adalah P x MPL
                        Biaya ekstra karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja
                        Jika  P x MPL > Upah (W) akan meningkatkan laba
Perusahaan akan menambah tenaga kerja sampai MPL = W atau MPL = W/P (reaal Wage)

DLaba  = DPenerimaan - DBiaya atau DLaba = (P x MPL) – W

3)      Produk Marginal Modal (Marginal Product of Capital/MPK) dan Permintaan modal
MPK adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan, dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja kostan.




MPK = F (K+1, L) – F(K,L).

jadi produk marginal modal adalah perbedaan antara jumlah output yang diproduksi dengan K + 1 unit modal dan yang diproduksi hanya dengan K unit modal.








DLaba  = DPenerimaan - DBiaya atau DLaba = (P x MPK) – R (sewa mesin).

untuk memaksimalkan laba, perusahaan akan terus menggunakan lebih banyak modal hingga MPK turun sama dengan harga sewa riil (MPK = R/P)
Harga sewa modal riil (real rental price of capital) adalah harga sewa yang diukur dalam unit barnag, bukan dalam mata uang
d)      Pembagian Pendapatan Nasional
Jika seluruh perusahaan dalam keadaan perekonomian adalah kompetitif dan memaksimalkan laba, maka setiap faktor produksi dibayar berdasarkan konstribusi manajerial pada proses produksi. Upah riil yang dibayar kepada setiap pekerja sama dengan MPL dan harga sewa riil yang dibayar kepada setiap pemilik modal sama dengan MPK. Maka upah riil total yang dibayarkan kepada tenaga kerja adalah MPL x L, dan pengembalian riil total yang dibayar ke pemilik modal adalah MPK x K.
Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor produksi adalah laba ekonomis (economic profit) dari pada pemilik perusahaan, laba ekonomis riil adalah

Laba Ekonomis = Y – (MPL x L) – (MPK x K).

karena kita ingin menghitung distribusi pendapatan nasional, kita ubah persamaan di atas menjadi

Y = (MPL x L) + (MPK x K) + Laba Ekonomis




Artinya pendapatan total dibagi diantara pengembalian kepada tenaga kerja, pengembalian kepada modal dan laba ekonomis. Jika setiap faktor produksi dibayar pada produk marginalnya, maka jumlah pembayaran faktor ini sama dengan output total.
Jika fungsi produksi memiliki sifat skala hasil konstan, maka laba ekonomis harus sama dengan nol, yaitu tidak ada yang tersisa setelah faktor-faktor produksi dibayarkan. Kesimpulan ini mengikuti hasil matematis yang disebut Teorema Euler zY = F(zK,zL). Z = 1 sehingga dapat dirumuskan dengan F(K,L) = (MPK x K) + (MPL x L).
Kita asumsikan bahwa ada tiga jenis pelaku ekonomi: pekerja, pemilik modal dan pemilik perusahaan. Pendapatan total dibagi diantara upah, pengembalian modal dan laba ekonomis. Namun dalam dunia nyata perushaan memiliki modal sendiri, Karena pemilik modal dan pemilik perusahaan adalah orang yang sama, laba ekonomis dan pengembalian modal (return to capital) seringkali disatukan sebagai laba akuntansi.

       Laba Akuntansi = Laba ekonomis + (MPK x K)


5.  Yang Menentukan Permintaan terhadap Barang dan Jasa
·  GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor (X), dikurangi dengan nilai impor (M), atau (X - M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat atau GDP (Y) :


Y = C + I + G + (X-M
)

Untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi 4 komponen, yaitu:
1.    Konsumsi
2.    Investasi
3.    Pembelian pemerintah
4.    Ekspor netto
Diagram aliran sirkuler hanya menampilkan 3 komponen pertama. Untuk menyederhankan analisis. Kita asumsikan sebuah perekonomian tertutup (closed economy), yaitu sebuah negara yang tidak melakukan perdagangan dengan negara lain. Jadi ekspor neto selalu nol. Perekonomian tertutup memiliki tiga penggunaan untuk barang dan jasa yang dihasilkannya.
Y = C + I + G



1.    Konsumsi (C)
Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Untuk saat ini yang akan dibahas hanya konsumsi rumah tangga karena :
-     Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat yaitu sekitar 65% dari total GDP
-     Konsumsi rumah tangga bersifat endogenus, artinya besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor – faktor lain yang dianggap mempengaruhinya.

2.    Investasi (I)
Investasi merupakan konsep aliran karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
Investasi juga merupakan pengeluaran oleh rumah tangga maupun perusahaan dalam bentuk modal baru (capital)Berbeda dengan arti investasi sehari-hari, sehingga saham dan obligasi tidak masuk dalam komponen investasi (karena tidak mempengaruhi output secara langsung).

3.    Pembelian pemerintah (G)
Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.



6.  Yang Membuat Permintaan dan Penawaran terhadap Barang dan Jasa ke dalam Ekuilibrium
· Ekuilibrium di Pasar Barang dan Jasa : Permintaan dan Penawaran terhadap Output Perekonomian
Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu.  Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”.
Dengan asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang direncanakan sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang direncanakan I, dan pembelian pemerintah G.
Y = C + I + G
Dimana : C = C (Y – T)
Persamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposabel (Y – T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan pajak pemerintah adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :

                                  Y = C (Y – T) + I + G
Selanjutnya perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat Y sebagai GDP aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :

Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Yang Direncanakan
 Y     =       E

· Ekuilibrium di Pasar Uang : Permintaan dan Penawaran terhadap Dana Pinjaman
Pasar keuangan mengkoordinasikan tabungan perekonomian dan investasi di pasar untuk dana pinjaman. Pasar Dana Pinjaman adalah pasar tempat dimana orang – orang yang ingin menyimpan memasok dana, sedangkan orang – orang yang ingin meminjam uang untuk investasi meminta dana mereka. Dana Pinjaman mengacu pada pendapatan semua orang yang telah memilih untuk menyimpan dan meminjamkan, daripada menggunakan untuk konsumsi mereka sendiri.
Penawaran dana pinjaman berasal dari orang-orang yang memiliki penghasilan tambahan yang ingin mereka simpan dan pinjamkan. Sedangkan permintaan terhadap dana pinjaman berasal dari rumah tangga dan perusahaan yang ingin meminjam untuk melakukan investasi.
Kebijakan Pemerintah yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi :
§  Pajak dan Tabungan
§  Pajak dan Investasi
§  Defisit Anggaran Pemerintah

· Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel makro ekonomi lainnya, seperti :
1.    Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
2.    Pola persebaran sumber daya
3.    Distribusi pendapatan
Melalui pengeluaran dan pajak yang diawasi oleh pemerintah dengan kinerja yang baik dapat mendorong perekonomian menjadi lebih baik pula. Pengeluaran pemerintah (tercatat dalam APBN) sebaiknya sesuai dengan komposisi yang diperlukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendapatan pemerintah berasal dari pajak yang dibayar oleh masyarakat yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas umum, distribusi pen
dapatan, dll. Jika terjadi guncangan dalam kebijakan fiskal antara pajak dan pengeluaran akan membawa negara tersebut pada ketidakstabilan ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Anisah. 2013. Ekonomi Makro, http://anisah.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/EKONOMI+ MAKRO.doc. Diakses pada 4 Maret 2013
Anonymous. 2013. http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.../Pendapatan_nasional.pdf. Diakses pada 4 Maret 2013
Fitriani, Rahma. 2012. Tabungan, Investasi, dan Sistem Keuangan, http://rahmafitriani.lecture.ub.ac.id/files/2012/26saving_investment-ind.ppt. Diakses pada 4 Maret 2013
Huzaynah, Shelly. 2009. Pengaruh kebijakan fiskal dalam perekonomian, http://shellyhuzaynah.wordpress.com/2009/03/10/pengaruh-kebijakan-fiskal-dalam-perekonomian/. Diakses pada 4 Maret 2013
Suherlibs. 2007. Keseimbangan Ekonomi I : Is – Lm, http://suherilbs.files.wordpress.com/ 2007/keseimbangan-ekonomi-is-lm. Diakses pada 4 Maret 2013
Widodo, Jie. 2012. Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional, http://xxx-myzoners.blogspot.com/2012/05/chapter-10-pengertian-dan-konsep.html. Diakses pada 4 Maret 2013